Bahlil Targetkan Operasi Terbatas Tambang GBC Freeport Dimulai April 2026

Bahlil Targetkan Operasi Terbatas Tambang GBC Freeport Dimulai April 2026

Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah menegaskan komitmennya untuk memastikan keamanan dan kelayakan operasional tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) milik PT Freeport Indonesia (PTFI) sebelum kembali diaktifkan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa proses pemulihan pasca-insiden longsor lumpur bijih basah yang terjadi pada awal September 2025 masih berlangsung, dan target pengoperasian kembali ditetapkan sekitar Maret atau April 2026.

“Di titik yang bermasalah, yang bencana itu, tim kami lagi evaluasi. Kami targetkan mungkin bulan 3, bulan 4 tahun depan beroperasi,” ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/11/2025). Menurutnya, proses penanganan pasca-insiden tidak dapat dilakukan dengan tergesa-gesa mengingat aspek keselamatan pekerja menjadi prioritas utama dalam setiap keputusan.

Evaluasi terhadap penyebab longsor, audit teknis, hingga penyusunan rekomendasi oleh tim ahli masih berlangsung. Pemerintah memastikan seluruh langkah perbaikan harus mengikuti standar keselamatan tinggi sebelum tambang kembali dioperasikan.

“Setelah itu, baru dilakukan produksi,” kata Bahlil, menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin mengambil risiko di sektor yang sangat rentan terhadap kecelakaan kerja.

Dalam kesempatan yang sama, Bahlil menegaskan bahwa keselamatan pekerja adalah faktor yang tidak dapat dinegosiasikan. “Nanti, siapa yang bertanggung jawab? Ini nyawa orang, bukan persoalan bisnis, nyawa orang,” ujarnya menekankan.

Sikap pemerintah tersebut sejalan dengan proyeksi Freeport McMoRan Inc., perusahaan induk PTFI. Dalam laporan resminya, perusahaan memperkirakan bahwa operasi GBC akan dibuka kembali secara bertahap, dimulai dari blok produksi PB2 pada semester pertama 2026. Selanjutnya, PB3 dan PB1S ditargetkan aktif kembali pada semester kedua 2026, dan blok PB1C dijadwalkan beroperasi pada 2027.

Freeport mengungkapkan bahwa longsor yang terjadi pada September lalu telah menyebabkan kerusakan pada sejumlah fasilitas pendukung produksi di area GBC. Kondisi tersebut memaksa perusahaan menunda sebagian besar aktivitas produksi di kuartal IV-2025 hingga sepanjang 2026.

Sementara itu, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Tri Winarno, pada Kamis (13/11/2025) melaporkan bahwa dua lokasi pertambangan lain milik Freeport yang tidak terdampak longsor, yakni Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Big Gossan, telah kembali beroperasi. Namun, keduanya belum memulai proses produksi. Setelah produksi berjalan stabil, hasil tambang dari kedua lokasi tersebut akan diserap sepenuhnya oleh smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur.

Berdasarkan data operasional Freeport Indonesia, produksi bijih pada 2024 mencapai rata-rata 208.356 ton per hari. GBC menjadi tulang punggung produksi perusahaan dengan kontribusi sekitar 133.800 ton per hari, atau sekitar 64 persen dari total kapasitas. Sementara itu, DMLZ menghasilkan sekitar 64.900 ton per hari dan Big Gossan sekitar 8.000 ton per hari.

Dengan skala produksi tersebut, pemulihan operasional GBC dipandang sangat penting bagi keberlangsungan produksi tembaga, emas, dan perak nasional. Pemerintah menilai bahwa keberlanjutan industri ekstraktif harus berjalan beriringan dengan penegakan standar keselamatan pekerja dan integritas sistem pertambangan. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Nasional