Banjir Bandang Gansu: 10 Tewas, 33 Hilang

Banjir Bandang Gansu: 10 Tewas, 33 Hilang

BEIJING – Hujan deras yang mengguyur tanpa henti sejak Kamis (07/08/2026) memicu banjir bandang besar di Provinsi Gansu, wilayah barat laut China. Bencana ini menelan sedikitnya 10 korban jiwa, sementara 33 orang lainnya masih dilaporkan hilang. Informasi tersebut disampaikan stasiun penyiaran pemerintah CCTV, mengutip data resmi yang dirilis pada Jumat (08/08/2025) pukul 15.30 waktu setempat.

Rekaman video yang dibagikan otoritas pemadam kebakaran China melalui platform Weibo memperlihatkan dramatisnya proses evakuasi. Tim penyelamat berjuang menuntun warga melintasi arus air deras di sebuah desa, di tengah genangan lumpur pekat dan tumpukan bebatuan besar yang terbawa banjir. Foto-foto dari pemerintah setempat juga menunjukkan kerusakan infrastruktur, dengan jalan-jalan yang tertutup material lumpur dan batu.

Presiden China Xi Jinping merespons cepat peristiwa ini dengan memerintahkan “upaya maksimal” untuk mencari dan menyelamatkan para korban hilang. Xi menekankan bahwa meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem harus menjadi perhatian serius seluruh wilayah.

“Karena cuaca ekstrem yang sering terjadi, Xi memerintahkan semua wilayah untuk dengan tegas mengatasi rasa puas diri dan memperkuat upaya untuk mengidentifikasi risiko,” demikian disampaikan CCTV.

Bencana alam memang kerap menghantam China, terutama saat musim panas. Sebagian wilayah mengalami hujan deras yang berpotensi menimbulkan banjir bandang, sementara daerah lain dilanda panas ekstrem. Musim panas tahun ini menjadi salah satu yang paling berat, menyusul hujan lebat di Beijing dan wilayah sekitarnya pada Juli lalu yang menewaskan 44 orang, dengan daerah pinggiran kota sebagai wilayah paling terdampak.

Para pakar mengaitkan kejadian ini dengan meningkatnya dampak perubahan iklim. China sendiri merupakan negara dengan emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, yang turut mendorong perubahan iklim global. Fenomena ini diyakini menjadi pemicu meningkatnya intensitas dan frekuensi cuaca ekstrem, termasuk banjir bandang.

Meski demikian, China juga memegang peran penting dalam pengembangan energi terbarukan global. Pemerintah Negeri Tirai Bambu telah menargetkan transisi menuju ekonomi netral karbon pada tahun 2060, dengan investasi besar-besaran di sektor energi bersih. Namun, bencana seperti di Gansu menjadi pengingat bahwa upaya mitigasi dan adaptasi harus berjalan beriringan.

Pemerintah Gansu kini memusatkan perhatian pada pencarian korban hilang, evakuasi warga yang terdampak, serta pembersihan jalur transportasi yang lumpuh akibat material banjir. Bantuan logistik, termasuk makanan dan selimut, terus disalurkan ke pos-pos darurat. Pihak berwenang juga memperingatkan warga untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan mengingat prakiraan cuaca masih menunjukkan kemungkinan hujan lebat dalam beberapa hari ke depan.

Banjir bandang Gansu menjadi peringatan keras bahwa cuaca ekstrem bukan lagi ancaman yang datang sesekali, melainkan risiko yang harus diantisipasi secara sistematis. Dalam situasi seperti ini, kecepatan evakuasi, kesiapsiagaan warga, serta kesigapan pemerintah menjadi kunci meminimalisir jatuhnya korban jiwa. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional