JAKARTA – Gerakan mahasiswa kembali hadir di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, pada Kamis (04/09/2025). Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) mengumumkan akan menggelar aksi unjuk rasa mulai pukul 13.00 WIB dengan membawa tema besar “Selamatkan Indonesia”.
Aksi ini, menurut BEM SI, akan dilaksanakan secara damai. Namun, pesan yang mereka bawa dinilai cukup tegas, sebuah refleksi dari keresahan publik terhadap praktik korupsi, ketidakadilan hukum, pelintiran sejarah, hingga kebijakan negara yang dianggap menjauh dari kepentingan rakyat.
Dalam pernyataannya di akun resmi Instagram @bem_si, Koordinator Pusat BEM SI, Muzammil Ihsan, menegaskan bahwa aksi ini tidak semata-mata merupakan protes, melainkan bentuk pengawalan terhadap demokrasi. “Menyelamatkan Indonesia bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama,” kata Muzammil.
Sejumlah tuntutan yang dibawa mahasiswa kali ini cukup konkret dan menyentuh berbagai aspek. Di antaranya:
-
Pengesahan RUU Perampasan Aset.
-
Penghapusan beban pajak bagi rakyat kecil.
-
Evaluasi anggaran DPR RI.
-
Revolusi kabinet agar lebih profesional.
-
Audit menyeluruh terhadap BUMN.
-
Pembebasan rakyat yang ditangkap saat menyuarakan aspirasi.
Isu-isu yang mereka suarakan mencerminkan kegelisahan terhadap ketimpangan sosial dan lemahnya akuntabilitas institusi negara. Mahasiswa menilai bahwa tanpa perbaikan menyeluruh, rakyat kecil akan terus terbebani, sementara praktik penyalahgunaan kekuasaan tetap berulang.
Aksi BEM SI ini bukan yang pertama. Sebelumnya, mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia juga telah menyuarakan aspirasi yang dikemas dalam tuntutan 17+8, namun hingga kini belum terlihat adanya tindak lanjut signifikan dari pemerintah maupun DPR. Kondisi inilah yang mendorong BEM SI untuk kembali turun ke jalan.
BEM SI menyebutkan bahwa aksi massa merupakan hak konstitusional warga negara, sekaligus bentuk kontrol publik terhadap jalannya pemerintahan. Dengan mengedepankan cara damai, mereka ingin menyampaikan bahwa kritik tidak harus berujung konflik, melainkan bisa menjadi ruang dialog antara rakyat dengan pengambil kebijakan.
Gerakan mahasiswa kerap menjadi bagian penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Dari masa ke masa, mahasiswa hadir membawa suara perubahan, mulai dari menentang ketidakadilan hingga menolak kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Aksi yang dilakukan hari ini menjadi lanjutan dari tradisi tersebut, sebuah pengingat bahwa demokrasi bukan hanya milik elit politik, melainkan hak setiap warga negara untuk memperjuangkan masa depan bangsanya. []
Diyan Febriana Citra.