JAKARTA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah tetap berjalan selama masa libur sekolah dengan penyesuaian sasaran penerima manfaat. Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan bahwa keberlanjutan layanan gizi bagi kelompok rentan tetap menjadi fokus utama, khususnya bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita atau kelompok B3. Kelompok ini dinilai memiliki kebutuhan gizi yang bersifat mendesak dan tidak dapat ditunda, meskipun kalender pendidikan tengah memasuki masa liburan.
BGN menegaskan bahwa intervensi pemenuhan gizi untuk kelompok B3 merupakan prioritas yang tidak terpengaruh oleh jadwal sekolah. Fokus tersebut didasarkan pada pertimbangan kesehatan jangka panjang, terutama karena kelompok ini berada dalam fase krusial pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Kepala BGN Dadan Hindayana menekankan bahwa kontinuitas layanan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita harus dijaga secara konsisten. Menurut dia, kelompok ini berada pada fase 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang sering disebut sebagai masa emas atau golden period bagi tumbuh kembang anak.
“Intervensi pemenuhan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita adalah bagian yang sangat penting dan tidak boleh terputus. Periode 1.000 hari pertama kehidupan waktunya pendek, dan kita harus menjaga golden time (masa emas) ini sebaik mungkin. Mereka tidak ada hubungannya dengan waktu sekolah,” ujar Dadan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (26/12/2025).
Dadan menjelaskan bahwa kegagalan memenuhi kebutuhan gizi pada fase tersebut berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang, seperti stunting, gangguan perkembangan kognitif, hingga masalah kesehatan kronis di masa depan. Oleh karena itu, BGN memastikan bahwa layanan MBG untuk kelompok B3 tetap berjalan tanpa jeda, termasuk saat libur akhir tahun.
Berbeda dengan kelompok B3, kebijakan MBG untuk anak sekolah diterapkan secara lebih fleksibel selama masa liburan. BGN memahami bahwa aktivitas keluarga, perjalanan liburan, hingga kendala teknis distribusi dapat memengaruhi pelaksanaan program di lapangan.
“Untuk anak sekolah sifatnya opsional. Jika ada yang tidak memungkinkan mengambil atau dikirim karena alasan teknis, atau sedang berlibur, itu tidak menjadi masalah. Namun bagi yang membutuhkan, layanan tetap kami berikan,” paparnya.
Fleksibilitas ini, menurut Dadan, bertujuan agar program tetap adaptif terhadap kondisi masyarakat tanpa mengurangi esensi layanan gizi bagi anak-anak yang memang membutuhkan dukungan selama masa libur.
BGN juga menyampaikan bahwa pada penghujung tahun 2025, pelaksanaan Program MBG masih tetap berjalan pada tanggal 26, 27, 29, 30, dan 31 Desember 2025. Kebijakan ini diambil untuk memastikan tidak terjadinya kekosongan layanan, khususnya bagi kelompok prioritas.
Sementara itu, untuk awal tahun 2026, BGN menetapkan bahwa Program MBG akan kembali berjalan secara serentak mulai 8 Januari 2026. Adapun periode 2, 3, 5, 6, dan 7 Januari 2026 ditetapkan sebagai masa persiapan nasional bagi seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai daerah.
Masa persiapan tersebut meliputi pengecekan kesiapan dapur, sistem distribusi, ketersediaan sumber daya manusia, serta penguatan standar keamanan dan mutu pangan. BGN menilai langkah ini penting untuk memastikan bahwa layanan MBG pada tahun 2026 dapat berjalan lebih optimal, aman, dan tepat sasaran.
Dengan kebijakan tersebut, BGN berharap Program Makan Bergizi Gratis tidak hanya berfungsi sebagai bantuan sosial, tetapi juga sebagai intervensi strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sejak usia dini. []
Diyan Febriana Citra.

