JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat agar mewaspadai potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat di berbagai wilayah Indonesia selama sepekan ke depan, mulai 28 Oktober hingga 3 November 2025. Fenomena ini dipicu oleh sejumlah faktor atmosfer berskala global, regional, dan lokal yang saling berinteraksi dan memperkuat pembentukan awan hujan.
“Selama sepekan ke depan, pertumbuhan awan hujan yang signifikan berpotensi terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia,” tulis BMKG dalam keterangannya, Selasa (28/10/2025).
BMKG menjelaskan, kondisi atmosfer saat ini berada dalam situasi labil yang sangat mendukung pembentukan awan konvektif. Awan tersebut berpotensi menghasilkan curah hujan dengan intensitas bervariasi, mulai dari ringan hingga lebat, disertai angin kencang dan petir di beberapa wilayah.
Dari pengamatan BMKG, salah satu pemicu utama peningkatan curah hujan datang dari fenomena Dipole Mode Index (DMI) yang menunjukkan nilai negatif sebesar -1,27. Kondisi ini menandakan adanya peningkatan suplai uap air dari Samudra Hindia menuju wilayah Indonesia bagian barat. Aliran uap air tersebut berkontribusi besar terhadap terbentuknya awan hujan di sejumlah provinsi di Sumatra dan Jawa bagian barat.
Selain DMI, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) juga terpantau berada pada fase 4 atau Maritime Continent, yang turut memperkuat potensi hujan di wilayah barat Indonesia.
“Kondisi ini akan mendukung proses pembentukan awan hujan di kawasan barat, terutama di sekitar Sumatra, Lampung, Jawa, dan Kalimantan bagian barat,” tulis BMKG.
Secara spasial, MJO aktif di Samudra Hindia barat Sumatra hingga Jawa Tengah, meliputi Lampung bagian selatan, Laut Jawa, Selat Makassar, dan sebagian besar wilayah Sulawesi. Fenomena ini menjadi penyebab meningkatnya frekuensi hujan di wilayah tersebut.
BMKG juga mencatat pergerakan Gelombang Rossby Ekuator yang diprediksi aktif di Kalimantan Utara, Sulawesi bagian selatan, hingga Jawa bagian utara. Fenomena ini dapat memperkuat pertumbuhan awan hujan dan meningkatkan peluang hujan lebat di wilayah tersebut.
Tak hanya itu, terdapat pula sirkulasi siklonik yang terpantau di Laut Cina Selatan, perairan selatan Kalimantan Tengah, dan Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya. Aktivitas ini membentuk daerah perlambatan angin atau konvergensi serta pertemuan angin (konfluensi) di sejumlah wilayah, termasuk Laut Natuna Utara, Laut Jawa, hingga perairan sekitar Bangka Belitung.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik, dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut,” kata BMKG.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, longsor, maupun angin kencang yang dapat terjadi akibat intensitas hujan tinggi dalam periode sepekan mendatang. Pemerintah daerah diharapkan melakukan langkah mitigasi lebih awal untuk mengantisipasi dampaknya. []
Diyan Febriana Citra.

