Bomber B-2 Spirit: Monster Siluman Pembawa Ancaman dari AS

Bomber B-2 Spirit: Monster Siluman Pembawa Ancaman dari AS

WASHINGTON/TEHERAN – Amerika Serikat secara resmi melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran pada Minggu (22/6) hingga Senin (23/6) dalam sebuah operasi militer besar-besaran yang diberi nama “Operation Midnight Hammer”. Serangan ini menandai eskalasi signifikan dalam ketegangan antara kedua negara.

Menurut laporan Associated Press dan CBS News, serangan tersebut menargetkan fasilitas nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan—tiga lokasi yang dikenal sebagai pusat program pengayaan uranium Iran. Operasi ini melibatkan enam hingga tujuh unit pesawat pengebom siluman B-2 Spirit milik Angkatan Udara AS yang diterbangkan langsung dari Pangkalan Udara Whiteman di Missouri.

Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa langkah militer ini merupakan respons terhadap peningkatan program nuklir Iran yang dinilai membahayakan stabilitas kawasan dan dunia. Ia menyebut operasi tersebut berhasil menghantam target-target strategis Iran secara telak.

“Kami telah menyelesaikan serangan kami yang sangat sukses terhadap tiga lokasi nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan,” tulis Trump melalui akun media sosial resminya, dikutip dari CNBC International. “Semua pesawat kembali dengan selamat. Tidak ada militer lain di dunia yang dapat melakukan ini. Sekarang waktunya untuk perdamaian!”

Dalam serangan ini, pesawat B-2 Spirit dilengkapi dengan bom penghancur bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang masing-masing berbobot lebih dari 13 ton. Bom ini dirancang khusus untuk menghancurkan target di kedalaman tanah, termasuk fasilitas seperti Fordow yang dibangun di bawah gunung.

B-2 Spirit sendiri merupakan salah satu pesawat tercanggih di dunia dengan teknologi siluman mutakhir. Dengan desain sayap terbang, pesawat ini sulit terdeteksi radar, memiliki jangkauan antarbenua hingga 9.600 kilometer tanpa perlu mengisi bahan bakar, dan mampu membawa berbagai jenis senjata, baik konvensional maupun nuklir.

Meski Washington menyatakan bahwa serangan ini bersifat defensif, banyak pihak internasional menyatakan kekhawatiran atas dampaknya terhadap stabilitas global. Sejumlah negara sekutu AS dilaporkan mempertanyakan langkah tersebut dan mendesak agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut.

Di sisi lain, Iran mengecam keras tindakan militer ini dan menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara. Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyatakan bahwa negaranya akan memberikan respons yang setimpal. Meski demikian, hingga kini belum ada laporan mengenai serangan balasan langsung terhadap aset militer AS.

Ketegangan yang meningkat ini memicu kekhawatiran dunia internasional mengenai kemungkinan meluasnya konflik menjadi perang regional atau bahkan global. Pengamat militer menyebut situasi ini sebagai salah satu yang paling genting sejak beberapa dekade terakhir, terlebih dengan keterlibatan langsung negara-negara besar dan potensi penggunaan senjata strategis.[]

Putri Aulia Maharani

Internasional