JAKARTA – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia bersiap memulai tender proyek Waste to Energy (WtE) atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) pada 6 November 2025. Langkah ini menandai percepatan implementasi energi terbarukan berbasis pengelolaan sampah di berbagai daerah.
Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menuturkan proyek ini menjadi salah satu program strategis nasional yang mendapat dorongan kuat setelah diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Melalui Pengolahan Sampah Menjadi Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
“Setelah Perpres itu keluar pada 14 Oktober lalu, Kementerian Koordinator Bidang Pangan yang dipimpin Pak Zulkifli Hasan bersama Kementerian Lingkungan Hidup langsung berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintah daerah,” jelas Stefanus di Wisma Danantara Indonesia, Senin (03/11/2025).
Ia menambahkan, pemerintah daerah (pemda) memiliki peran penting dalam menentukan kesiapan proyek di wilayah masing-masing.
“Kalau baca di Perpres itu, memang usulan kota mana itu harus datang dari pemdanya sendiri. Mereka yang harus bilang, ‘kami mau ikut program ini’. Jadi, prosesnya sekarang berjalan cepat,” katanya.
Tahap pertama tender proyek PSEL akan digelar di tujuh kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Bali, Bekasi, dan Tangerang. Meski belum semua daerah memenuhi seluruh syarat teknis, Stefanus menegaskan tender tetap akan berjalan sesuai jadwal.
“Mudah-mudahan tujuh kota siap, tapi kalau tidak, kami akan mulai dengan yang lahannya sudah siap dan volume sampahnya mencukupi,” ujarnya.
Sementara itu, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Patria Sjahrir, menyebut satu proyek WtE memerlukan investasi besar, yakni antara Rp 2,5 triliun hingga Rp 3,2 triliun untuk kapasitas pengolahan 1.000 ton per hari.
“Proyek ini akan menyerap sekitar 2.000 hingga 3.000 tenaga kerja selama masa konstruksi, baik langsung maupun tidak langsung,” terang Pandu. Dari jumlah tersebut, 400 hingga 500 pekerja akan ditempatkan di lokasi proyek, sedangkan sisanya akan mendukung dari sektor logistik dan penyedia bahan bangunan.
Dari 200 perusahaan yang menyatakan minat, terdapat 24 perusahaan asing yang lolos seleksi akhir Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) untuk proyek PSEL tahap pertama.
“Batch pertama ini semuanya asing, dari Jepang, China, dan Eropa. Alasannya, karena kami ingin proses tender cepat dengan pemain berpengalaman,” ujar Pandu.
Namun, Danantara mewajibkan setiap perusahaan asing tersebut untuk bekerja sama dengan mitra lokal, baik dari kalangan BUMN, BUMD, maupun swasta nasional.
“Kami ingin ada transfer teknologi dan kolaborasi jangka panjang. Jadi, mereka wajib berpartner dengan pihak lokal,” tegas Stefanus.
Ia menambahkan, tender tahap pertama ditargetkan rampung dalam waktu cepat agar groundbreaking proyek dapat dilakukan pada kuartal I 2026, sekitar Maret atau April. “Kami ingin konsorsium di setiap kota sudah terbentuk awal tahun depan,” katanya.
Proyek PSEL ini diharapkan menjadi solusi menyeluruh bagi permasalahan sampah perkotaan sekaligus mendorong kemandirian energi di tingkat daerah melalui teknologi ramah lingkungan. []
Diyan Febriana Citra.

