DPRD Kaltim: Ikon Baru Harus Dirawat, Jangan Dibiarkan Berlumut

DPRD Kaltim: Ikon Baru Harus Dirawat, Jangan Dibiarkan Berlumut

PARLEMENTARIA – Kehadiran patung ikonik Lembuswana di Samarinda kini menambah warna baru bagi wajah kota. Dua patung tersebut resmi berdiri megah di Bundaran Stadion Utama Palaran dan kawasan Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto. Peresmian secara simbolis berlangsung di Bundaran Stadion Utama Palaran, Kecamatan Palaran, Rabu 10 September 2025 yang dihadiri langsung Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Seno Aji.

Pembangunan patung yang menelan biaya hibah APBD Kaltim tahun 2023–2024 itu menuai beragam tanggapan. Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim, Subandi, menyambut positif langkah pemerintah. Menurutnya, kehadiran Lembuswana sarat makna sejarah dan filosofi yang penting bagi masyarakat Kaltim.

“Saya mengapresiasi atas peresmian patung Lembuswana yang menjadi sebuah tanda masuk ke Ibu Kota Kaltim dan menjadi ciri khas serta sebagai bentuk peduli kepada kearifan lokal,” ujar Subandi, Selasa (16/09/2025).

Meski begitu, ia menilai lokasi di Palaran akan lebih tepat bila dihiasi ikon lain yang lebih dekat dengan identitas Samarinda. “Tapi kalau bentuk patung Lembuswana diletakkan di sisi bandara masih masuk akal, kalau dari sisi Palaran menurut saya mengapa tidak patung pesut yang selama ini menjadi maskotnya Samarinda,” kata wakil rakyat dari daerah pemilihan Samarinda ini.

Subandi juga menegaskan perlunya perhatian pemerintah terhadap perawatan ikon kota. Ia mengingatkan, banyak monumen dan patung di Samarinda yang kurang terurus hingga ditumbuhi rumput atau berlumut. “Jangan sampai maskot yang ada ditumbuhi rumput dan berlumut, jadi ini menjadi ikon baru harusnya nanti dirawat serta dijaga artinya harus dianggarkan terkait mantenennya supaya menambah estetika Samarinda,” tutur politisi PKS tersebut.

Sebagai informasi, patung di Bundaran Palaran dibangun di lahan 38 m² dengan kontrak Rp900 juta. Sementara itu, patung di depan Bandara APT Pranoto berdiri di area 78 m² dengan nilai kontrak sekitar Rp1 miliar. Kehadirannya diharapkan menjadi daya tarik baru serta menegaskan identitas budaya Kaltim di ruang publik. []

Penulis: Muhammaddong | Penyunting: Agnes Wiguna

Advertorial DPRD Kaltim