WASHINGTON – Kota kecil Anaconda di Negara Bagian Montana, Amerika Serikat, mendadak mencekam pada Jumat pagi (01/08/2025), setelah insiden penembakan massal yang menewaskan empat orang di sebuah bar. Pelaku diduga seorang veteran perang Irak bernama Paul Brown (45), yang kini masih dalam pelarian.
Penembakan terjadi di Owl Bar, salah satu tempat hiburan malam di jantung kota Anaconda. Korban tewas terdiri dari seorang bartender dan tiga orang pengunjung. Pelaku yang diduga mengenal para korban diduga melakukan aksinya secara tiba-tiba dan tanpa provokasi yang jelas.
“Dia kenal semua orang yang di bar itu. Saya bisa menjamin itu. Dia tidak punya masalah dengan mereka. Saya kira dia marah tiba-tiba,” ungkap pemilik bar, David Gwerder, dalam wawancara dengan Associated Press, Sabtu (02/08/2025).
Peristiwa ini memicu kepanikan warga dan membuat banyak pelaku usaha di sekitar Anaconda memilih menutup tokonya lebih awal. Kepolisian pun segera memberlakukan pengejaran skala besar dengan bantuan satuan SWAT, helikopter, serta dukungan personel militer.
Brown terakhir kali terlihat di kawasan pegunungan Stump Town, sebelah barat kota. Tim gabungan polisi dan militer menyisir area hutan dan lereng gunung untuk mengepung lokasi persembunyian pelaku, yang disebut masih bersenjata dan sangat berbahaya.
“Brown diyakini masih menimbulkan ancaman langsung karena membawa senjata,” ujar Kepolisian Patroli Jalan Raya Montana dalam pernyataan resminya.
Angkatan Darat AS juga telah mengonfirmasi latar belakang pelaku. Menurut juru bicara Ruth Castro, Brown pernah bertugas sebagai kru kendaraan lapis baja di Irak antara 2004 hingga 2005. Ia mengakhiri karier militernya pada 2009 dengan pangkat terakhir sebagai sersan di Garda Nasional Montana.
Sementara itu, pihak keluarga menyebutkan bahwa Brown sudah lama mengalami gangguan kejiwaan. Keponakannya, Clare Boyle, menuturkan bahwa keluarga telah berulang kali berusaha mendapatkan bantuan medis untuknya.
“Ini bukan sekadar pria mabuk yang mengamuk. Dia pria sakit yang terkadang tidak tahu siapa dirinya dan seringkali tidak tahu di mana atau kapan dia berada,” ujar Boyle.
Kejadian ini menyoroti kembali isu kesehatan mental di kalangan veteran militer Amerika Serikat, khususnya mereka yang mengalami trauma pasca perang. Publik pun mendesak agar pemerintah memperkuat layanan kesehatan jiwa untuk mantan anggota militer demi mencegah tragedi serupa terjadi lagi. []
Diyan Febriana Citra.