GAZA – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza kembali memanas setelah empat warga Palestina dilaporkan tewas ditembak pasukan Israel ketika tengah berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan di wilayah selatan Kota Gaza, Minggu (24/08/2025).
Keterangan dari Rumah Sakit Al-Awda dan beberapa saksi mata menyebutkan, korban meninggal akibat tembakan yang dilepaskan militer Israel ke arah kerumunan warga. Saat itu, ratusan orang sedang menuju lokasi distribusi bantuan yang seharusnya menjadi jalan keluar dari krisis pangan berkepanjangan.
“Tembakan itu begitu membabi buta,” ungkap Mohamed Abed, warga kamp pengungsi Bureij, Senin (25/08/2025). Pernyataan ini memperlihatkan kepanikan warga sipil yang hanya berniat mencari makanan dan kebutuhan pokok, namun justru menjadi korban kekerasan.
Lokasi distribusi bantuan tersebut dikelola oleh kontraktor asal Amerika Serikat, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang beroperasi di jalur koridor Netzarim. Area itu hanya berjarak ratusan meter dari titik terjadinya penembakan.
Seorang saksi lainnya, Aymed Sayyad, menjelaskan insiden bermula ketika sejumlah orang di barisan depan berusaha mendesak masuk ke area distribusi sebelum dibuka secara resmi.
“Saya bersama beberapa orang lain berusaha menolong dua korban yang terluka akibat tembakan tersebut,” katanya.
Namun, GHF menolak tudingan bahwa peristiwa itu terjadi di dekat lokasi yang mereka kelola. Dalam keterangan email resminya, GHF menyebut laporan yang mengaitkan insiden dengan fasilitas mereka tidak benar. “Insiden tragis itu tidak terjadi di dekat lokasi yang kami kelola seperti yang diberitakan,” demikian isi pernyataan mereka.
Hingga kini, militer Israel belum mengeluarkan keterangan resmi terkait penembakan tersebut. Ketidakjelasan sikap Israel memperpanjang polemik, sementara masyarakat Gaza terus terjebak dalam krisis yang makin memburuk.
Gaza sendiri saat ini menghadapi kelaparan akut setelah perang yang berlangsung lebih dari 22 bulan. Jalur distribusi bantuan kerap menjadi titik kerawanan karena banyaknya warga yang berdesakan untuk sekadar memperoleh makanan. Dalam situasi seperti itu, sedikit gesekan dapat berubah menjadi insiden tragis.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, sebelumnya sempat memperingatkan bahwa Kota Gaza, yang dihuni ratusan ribu orang, bisa hancur sepenuhnya bila operasi militer terus berjalan. Peringatan tersebut menambah kekhawatiran masyarakat internasional bahwa konflik ini akan semakin menelan korban sipil dalam jumlah besar.
Tragedi penembakan yang menewaskan empat warga Palestina menegaskan betapa gentingnya kondisi Gaza. Bagi banyak warga, bertahan hidup kini tak lagi sekadar soal menghindari serangan, tetapi juga soal bagaimana mendapatkan makanan di tengah blokade dan pertempuran yang tiada henti. []
Diyan Febriana Citra.