Gaza Dihujani Serangan Terbesar, Warga Terjebak Tanpa Tempat Berlindung

Gaza Dihujani Serangan Terbesar, Warga Terjebak Tanpa Tempat Berlindung

GAZA – Situasi di Kota Gaza kembali memburuk setelah Israel pada Jumat (29/08/2025) secara resmi mendeklarasikan wilayah itu sebagai zona pertempuran berbahaya. Deklarasi tersebut diikuti dengan gelombang pengeboman terbesar sejak perang meletus pada Oktober 2023, sementara hampir satu juta penduduk masih terjebak di dalam kota tanpa kepastian keselamatan.

Langkah Israel ini menjadi bagian dari strategi militer untuk menguasai Jalur Gaza secara bertahap. Kota Gaza, yang berada di bagian utara, ditetapkan sebagai sasaran utama dalam operasi terbaru tersebut. Serangan hebat menghantam permukiman padat di timur kota, terutama Al Zaytoun, Al Shuja’iya, dan Al Tuffah. Tank dan buldoser Israel dilaporkan meratakan bangunan serta infrastruktur penting di kawasan itu.

Beberapa saksi mata menyebutkan, selain serangan udara, pasukan Israel juga menggunakan robot bermuatan peledak untuk menghancurkan rumah warga. Metode ini menimbulkan ketakutan baru di tengah masyarakat yang sudah lama hidup dalam kondisi krisis.

Tidak hanya wilayah timur, serangan juga menyasar distrik selatan Al Sabra, serta bagian utara kota seperti Sheikh Radwan, Abu Iskandar, dan Safatawi. Jalan utama Al Jalaa yang menjadi pusat aktivitas Kota Gaza turut luluh lantak. Rudal-rudal Israel bahkan menghantam Jabalia Al Nazla yang berada lebih jauh ke utara.

Gelombang serangan ini memicu eksodus besar-besaran warga. Namun, alih-alih menemukan tempat aman, mereka justru menghadapi jalan buntu. Ribuan orang berbondong-bondong menuju barat kota yang kini padat sesak oleh pengungsi, sementara pasokan makanan, obat-obatan, dan air semakin menipis.

Militer Israel melalui pengeras suara drone meminta warga sipil meninggalkan Gaza Utara menuju selatan. Akan tetapi, instruksi itu dianggap mustahil oleh sebagian besar penduduk. Di saat bersamaan, Gaza bagian selatan juga menjadi sasaran serangan, sehingga jalur evakuasi tidak benar-benar aman.

Kantor Media Pemerintah Gaza menegaskan, hampir tidak ada ruang tersisa di penampungan. Data terakhir menunjukkan, lebih dari 96 persen tempat pengungsian telah penuh, sehingga mustahil menampung tambahan satu juta orang dari Kota Gaza.

“Jumlah penduduk Kota Gaza hampir menyamai total populasi seluruh Jalur Gaza. Tidak mungkin tempat penampungan bisa menampung mereka semua,” sebut pernyataan resmi lembaga tersebut.

Kondisi ini menggambarkan dilema besar bagi masyarakat sipil yang terjebak di tengah konflik. Di satu sisi, tetap bertahan berarti berhadapan langsung dengan serangan militer. Di sisi lain, mencoba mengungsi juga tidak menjamin keselamatan. Tragedi kemanusiaan yang semakin dalam ini kembali menempatkan Gaza sebagai pusat perhatian dunia internasional. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional