Gelombang Protes “No Kings” Guncang Amerika Serikat

Gelombang Protes “No Kings” Guncang Amerika Serikat

Bagikan:

JAKARTA – Amerika Serikat kembali diguncang gelombang unjuk rasa besar-besaran bertajuk “No Kings” pada Minggu (19/10/2025). Ribuan hingga jutaan warga turun ke jalan di puluhan kota besar dan kecil untuk menyuarakan penolakan terhadap gaya kepemimpinan Presiden Donald Trump yang dinilai semakin menyerupai penguasa absolut.

Demonstrasi nasional ini bukan sekadar protes spontan, melainkan bagian dari gerakan yang semakin meluas sejak aksi serupa pada Juni lalu. Momen ini berlangsung di tengah situasi pelik penutupan pemerintahan federal (government shutdown) yang telah melumpuhkan sejumlah layanan publik penting di seluruh negeri.

Frasa “No Kings” menjadi simbol perlawanan terhadap apa yang disebut publik sebagai “perosotan menuju otoritarianisme.” Banyak warga menganggap pemerintahan Trump terlalu agresif, kerap menantang keputusan Kongres dan pengadilan seolah tak ada batas kekuasaan.

Menariknya, Presiden Trump merespons aksi protes tersebut dengan langkah yang kembali menuai kontroversi. Melalui platform pribadinya, Truth Social, ia mengunggah video buatan kecerdasan buatan (AI) yang menampilkan sosok dirinya mengenakan mahkota dan duduk di jet tempur bertuliskan “King Trump”. Lagu “Danger Zone” dari film Top Gun mengiringi adegan itu, di mana jet tersebut menjatuhkan cairan cokelat ke arah massa demonstran semuanya hasil rekayasa digital.

Para pendukung Trump membela unggahan tersebut, menyebutnya sebagai sindiran terhadap kelompok yang mereka anggap sebagai penggerak “aksi benci Amerika” (Hate America Rallies). Namun, bagi para pengunjuk rasa, tindakan itu justru memperkuat kesan bahwa sang presiden berupaya mempersonifikasikan dirinya sebagai pemimpin yang tak tersentuh hukum.

Trump kemudian memberikan pernyataan langsung yang meremehkan protes besar itu.

“Mereka bilang mereka menyebut saya raja. Saya bukan raja,” ujarnya. “Saya dengar sangat sedikit orang (yang) akan berada di sana, omong-omong, tetapi mereka memiliki hari mereka yang akan datang dan mereka ingin bersenang-senang.”

Meski demikian, aksi “No Kings” berlangsung damai di sebagian besar wilayah. Di Portland, ribuan warga berkumpul di sepanjang sungai membawa spanduk bertuliskan “We Are Not Subjects”. Sementara di Washington D.C., Los Angeles, dan New York, demonstran mengenakan kostum simbolik, termasuk effigy Trump dengan rantai di leher sebagai bentuk sindiran terhadap kekuasaan absolut.

Salah satu peserta aksi di Seattle menegaskan pesan utama gerakan ini.

“Amerika tidak butuh raja. Kami butuh pemimpin yang menghormati konstitusi,” ujarnya.

Penyelenggara menegaskan protes ini dirancang damai dan terbuka, menepis tudingan dari kubu Republik yang menyebut demonstrasi berpotensi rusuh. Meski menghadapi cibiran dari Gedung Putih, aksi “No Kings” menandai meningkatnya ketegangan politik dan kesadaran publik terhadap pentingnya menjaga prinsip demokrasi di tengah ujian besar bagi sistem pemerintahan Amerika Serikat. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Nasional