JAKARTA – Guncangan gempa bumi kembali dirasakan di wilayah barat Indonesia. Kali ini, Kota Sabang, Provinsi Aceh, menjadi wilayah terdampak setelah gempa berkekuatan magnitudo (M) 6,3 mengguncang kawasan tersebut pada Selasa dini hari, 29 Juli 2025, pukul 01.41 WIB.
Informasi resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa pusat gempa berada di laut, sekitar 247 kilometer barat laut Kota Sabang, dengan kedalaman 15 kilometer. Koordinat gempa tercatat berada pada titik 6,70 Lintang Utara dan 93,24 Bujur Timur.
“Pusat gempa berada di laut 247 km barat laut Kota Sabang,” tulis akun resmi BMKG, @infoBMKG.
Guncangan yang dirasakan warga tergolong ringan hingga sedang. BMKG mencatat bahwa skala kekuatan gempa berada pada tingkat MMI II-III di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar. Skala MMI (Modified Mercalli Intensity) II menggambarkan getaran yang hanya dirasakan oleh sebagian orang, dan benda-benda ringan yang digantung akan tampak bergoyang. Sementara MMI III menggambarkan getaran yang lebih jelas terasa di dalam rumah, seperti sensasi ketika truk berat melintas.
Hingga berita ini diturunkan, belum terdapat laporan mengenai kerusakan bangunan atau korban jiwa. Meski begitu, kejadian ini kembali menjadi pengingat pentingnya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat di wilayah rawan gempa.
Sebagai wilayah yang terletak di Cincin Api Pasifik, Aceh kerap mengalami aktivitas seismik. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat dan kesiapan infrastruktur menjadi aspek penting dalam mengurangi dampak bencana.
Pakar kebencanaan menyarankan agar masyarakat di wilayah pesisir terus memperbarui pengetahuan tentang prosedur evakuasi mandiri, serta memastikan keberadaan jalur evakuasi dan titik kumpul yang dapat diakses dengan cepat jika terjadi gempa susulan atau potensi tsunami.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, dalam pernyataan terpisah, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada, serta tidak mudah terpengaruh informasi yang belum terverifikasi. “Pastikan informasi yang Anda terima bersumber dari lembaga resmi seperti BMKG atau BPBD,” ujarnya.
Di sisi lain, pemerintah daerah Aceh diharapkan terus memperkuat sistem peringatan dini serta mengintensifkan edukasi bencana, termasuk simulasi evakuasi di sekolah dan tempat umum.
Gempa ini bukan hanya menjadi peristiwa alam semata, melainkan momentum untuk mengevaluasi sejauh mana kesiapan kolektif dalam menghadapi bencana. Dengan edukasi, latihan berkala, dan sinergi antarlembaga, dampak bencana dapat ditekan seminimal mungkin. []
Diyan Febriana Citra.