RABAT – Gelombang demonstrasi di Maroko terus meluas hingga memasuki hari keenam pada Jumat (03/10/2025). Aksi protes yang dipelopori kelompok anak muda bernama Gen Z 212 kini tidak lagi hanya menuntut perbaikan layanan publik, tetapi juga mendesak pembubaran pemerintahan Perdana Menteri Aziz Akhannouch.
Tuntutan keras ini muncul setelah serangkaian aksi yang digelar sejak pekan lalu di berbagai kota besar, termasuk Rabat, Casablanca, Marrakech, dan Agadir. Para demonstran menyuarakan keresahan mereka terhadap ketidakadilan sosial, terutama minimnya akses kesehatan dan pendidikan yang layak.
“Kami menuntut pemecatan pemerintah saat ini karena gagal melindungi hak konstitusional rakyat Maroko dan menjawab tuntutan sosial mereka,” demikian pernyataan resmi kelompok Gen Z 212.
Kelompok ini juga menyerukan pembebasan seluruh pengunjuk rasa yang ditahan dalam aksi damai. Berdasarkan laporan Kementerian Dalam Negeri, lebih dari 400 orang telah diamankan, sementara hampir 300 orang terluka, sebagian besar aparat keamanan.
Akar kemarahan publik dipicu laporan tragis bulan lalu, ketika delapan ibu hamil meninggal di rumah sakit umum Agadir akibat buruknya fasilitas kesehatan. Peristiwa itu semakin menegaskan ketimpangan sosial yang dirasakan masyarakat, terutama saat pemerintah justru fokus membangun infrastruktur besar untuk persiapan Piala Afrika 2025 dan Piala Dunia 2030.
Di Rabat, ratusan orang terlihat membawa bendera nasional sambil meneriakkan slogan, “Kesehatan, bukan hanya stadion.” Aksi damai juga digelar di beberapa kota lain, meski bentrokan tetap pecah di sejumlah lokasi. Di Sidi Bibi, kantor balai komunal dibakar, sementara di Sale, massa merusak mobil polisi dan sebuah bank.
Meski demikian, warga menegaskan bahwa tindakan anarkis tersebut tidak merepresentasikan Gen Z 212. “Penjahat yang saya lihat merusak dan membakar di Sale tidak ada kaitannya dengan Gen Z 212. Mereka hanya anak-anak nakal yang memang datang untuk merusak,” ujar Hicham Madani, salah seorang saksi.
Perdana Menteri Aziz Akhannouch akhirnya buka suara setelah kerusuhan memakan korban. Ia menyebut pemerintah siap berdialog dengan pengunjuk rasa, meski harus mengakui adanya tiga korban jiwa dalam aksi di Agadir. “Tiga orang tewas dalam protes tadi malam. Ini peristiwa yang sangat disayangkan,” kata Akhannouch.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Amine Tehraoui mengakui bahwa reformasi di sektor kesehatan sedang berjalan, tetapi masih jauh dari memadai. Ia menegaskan perbaikan butuh waktu, terutama untuk menutup celah besar dalam layanan publik.
Gen Z 212 sendiri menekankan bahwa aksi mereka berlandaskan kecintaan terhadap tanah air dan Raja Mohammed VI. Mereka menolak afiliasi dengan partai politik mana pun, dan terus menyerukan agar aksi dilakukan damai serta bertanggung jawab.
Meski ketegangan terus berlangsung, protes ini menunjukkan suara lantang generasi muda Maroko dalam menuntut keadilan sosial, kesetaraan, dan perubahan nyata. []
Diyan Febriana Citra.