KAIRO — Upaya diplomatik untuk membangun masa depan Gaza pascaperang kembali bergulir di Kairo. Dua faksi utama Palestina, Hamas dan Fatah, tengah menggelar pertemuan penting di ibu kota Mesir untuk membahas pengaturan fase pascaperang di Jalur Gaza, seperti dilaporkan saluran televisi lokal Al-Qahera News pada Kamis (23/10/2025).
Pertemuan ini menandai babak baru dalam upaya rekonsiliasi internal Palestina, yang selama bertahun-tahun diwarnai perbedaan pandangan politik dan strategi perjuangan. Kairo berperan sebagai mediator utama, tidak hanya untuk memfasilitasi dialog antara kedua faksi, tetapi juga untuk menyatukan seluruh kelompok Palestina dalam menghadapi fase kedua rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump untuk Gaza.
Menurut laporan Al-Qahera News, selain mempertemukan Hamas dan Fatah, Mesir juga sedang bersiap menjadi tuan rumah konferensi rekonstruksi Gaza pada paruh kedua November mendatang. Konferensi tersebut diharapkan menjadi momentum penting dalam membangun kembali wilayah yang hancur akibat perang dua tahun terakhir.
Kepala Intelijen Mesir, Hassan Mahmoud Rashad, turut memainkan peran sentral dalam diplomasi ini. Ia dilaporkan telah bertemu dengan Sekretaris Jenderal Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina, Fahd Suleiman, guna memperkuat konsensus nasional di antara berbagai faksi Palestina terkait implementasi rencana perdamaian yang diinisiasi Amerika Serikat.
Sebelumnya pada hari yang sama, Rashad juga mengadakan pembicaraan dengan wakil presiden dan kepala intelijen Palestina untuk membahas fase kedua gencatan senjata di Gaza. Dalam kesempatan itu, Rashad menegaskan kembali penolakan Mesir terhadap rancangan undang-undang aneksasi Tepi Barat yang baru-baru ini disetujui oleh Knesset Israel.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 10 Oktober 2025 lalu, setelah proses negosiasi panjang yang dimediasi oleh AS, Mesir, Qatar, dan Turki. Namun, meski situasi relatif lebih tenang, kekerasan belum sepenuhnya berhenti. Berdasarkan data otoritas kesehatan Gaza, sejak 11 Oktober 2025, sedikitnya 89 orang tewas dan 317 lainnya terluka, sementara total korban sejak awal konflik pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 68.280 orang tewas dan 170.375 lainnya luka-luka.
Pertemuan di Kairo ini dianggap sebagai langkah penting menuju stabilitas politik di wilayah Palestina. Dengan dukungan Mesir dan komunitas internasional, diharapkan hasil perundingan dapat membuka jalan bagi pemerintahan persatuan Palestina serta mempercepat pemulihan kemanusiaan dan infrastruktur Gaza yang luluh lantak akibat perang berkepanjangan.
Jika kesepakatan rekonsiliasi tercapai, maka ini akan menjadi tonggak sejarah baru dalam perjuangan rakyat Palestina menuju kedaulatan dan perdamaian yang berkelanjutan. []
Diyan Febriana Citra.

