Hamas: Sekolah Bukan Alat Kerja, Tapi Ruang Tumbuh Karakter

Hamas: Sekolah Bukan Alat Kerja, Tapi Ruang Tumbuh Karakter

PARLEMENTARIA — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur (Kaltim) Hasanuddin Mas’ud yang akrab disapa Hamas menekankan tentang urgensi mengembalikan hakikat sekolah sebagai tempat pertumbuhan karakter dan penguatan nilai kemanusiaan, bukan sekadar pabrik penghasil nilai akademik. Pernyataan itu ia sampaikan saat menanggapi meningkatnya kasus kenakalan remaja dan krisis identitas di kalangan generasi muda Kaltim, di Kantor DPRD Kaltim, Jalan Teuku Umar, Samarinda, Kamis (05/06/2025) kemarin.

Hamas menilai pendekatan pendidikan yang terlalu kaku dan berorientasi angka justru memperlebar jarak antara sekolah dan kebutuhan psikologis peserta didik. “Kita harus mengubah cara pandang. Pendidikan bukan hanya alat untuk kerja, tapi ruang untuk bertumbuh. Sekolah bukan pabrik nilai, tapi rumah bagi karakter,” ujar Hamas dengan tegas.

Menurutnya, tekanan sosial, minimnya peran keluarga, dan derasnya arus informasi digital menjadi tantangan besar yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan kebijakan disiplin ketat atau standar akademik semata. Banyak anak, kata Hamas, tumbuh dalam kecemasan dan kehilangan kepercayaan diri karena tidak merasa diterima utuh sebagai individu.

Ia juga menyoroti bahwa terlalu banyak sekolah terjebak dalam paradigma lama yang lebih mementingkan angka ujian ketimbang membina kepribadian dan empati. Hamas menegaskan bahwa sekolah seharusnya menjadi ruang pemulihan sosial, tempat anak merasa aman untuk belajar mengenal dirinya sendiri, berdialog, dan membangun relasi yang sehat. “Kita terlalu sering bicara soal sanksi, padahal banyak dari mereka hanya butuh didengarkan. Pendidikan itu soal merangkul, bukan mengadili,” tuturnya.

Untuk itu, Hamas mendorong Dinas Pendidikan bersama pihak sekolah segera mengevaluasi kurikulum dan sistem pembinaan siswa. Ia menekankan pentingnya konseling aktif, komunitas belajar yang inklusif, dan keterlibatan orang tua dalam proses tumbuh kembang karakter anak.

Ia juga mengingatkan bahwa membangun generasi yang berdaya saing tidak boleh hanya dimaknai sebagai pencapaian akademis semata, melainkan juga pembentukan akhlak, resiliensi, dan kesadaran sosial. “Kalau kita ingin mencegah kekerasan dan kenakalan, kita harus lebih dulu membangun ikatan. Bukan sekadar kontrol, tapi kepercayaan,” pungkasnya.

Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa di tengah pesatnya perkembangan zaman, sekolah tidak boleh kehilangan rohnya sebagai rumah pembentuk watak yang kokoh dan manusiawi. []

Penulis: Muhamaddong | Penyunting: Agnes Wiguna

Advertorial DPRD Kaltim