NEW YORK — Harga minyak mentah global kembali menguat, menembus level tertinggi dalam sepekan pada perdagangan Rabu (08/10/2025). Kenaikan sekitar satu persen itu mencerminkan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan dari Rusia serta lonjakan konsumsi energi di Amerika Serikat (AS).
Mengutip laporan Reuters, minyak mentah Brent ditutup naik 80 sen atau 1,2 persen ke posisi US$ 66,25 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 82 sen atau 1,3 persen ke level US$ 62,55 per barel. Keduanya mencatatkan harga penutupan tertinggi sejak akhir September 2025 lalu.
Kenaikan harga ini sebagian besar dipicu oleh situasi geopolitik yang belum stabil di kawasan Eropa Timur. Seorang diplomat senior Rusia menyebutkan bahwa pembicaraan damai dengan Ukraina “hampir tidak menunjukkan kemajuan”. Kondisi tersebut memperkuat dugaan bahwa sanksi terhadap Moskow akan tetap berlaku dalam waktu lama, sehingga menekan ekspor energi Rusia ke pasar global.
Rusia, yang masih menjadi produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS, terus menghadapi tekanan dari sanksi dan serangan drone Ukraina terhadap infrastruktur energinya. Dalam dua bulan terakhir, beberapa kilang strategis Rusia dilaporkan mengalami kerusakan signifikan.
Di sisi lain, pasar juga menilai arah kebijakan moneter AS dapat turut memengaruhi harga minyak. Risalah rapat The Federal Reserve (The Fed) pada pertengahan September menunjukkan adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan pada akhir Oktober. Harapan terhadap pelonggaran kebijakan moneter ini menumbuhkan optimisme akan peningkatan aktivitas ekonomi, yang berarti permintaan energi berpotensi meningkat.
Data dari Energy Information Administration (EIA) turut memperkuat sinyal positif itu. Meskipun persediaan minyak mentah AS bertambah 3,7 juta barel dalam sepekan yang berakhir 3 Oktober, konsumsi minyak justru melonjak hingga 21,99 juta barel per hari tertinggi sejak Desember 2022.
“Angka permintaan ini cukup kuat dan akan menjaga harga minyak tetap didukung,” ujar Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Kondisi pasar juga dipengaruhi keputusan OPEC+ yang hanya menambah produksi sebesar 137 ribu barel per hari mulai November 2025 mendatang. Kenaikan tersebut berada di bawah ekspektasi pasar, menandakan kehati-hatian kelompok produsen minyak dalam menjaga keseimbangan harga di tengah ketidakpastian global.
Kombinasi antara ketegangan geopolitik, prospek ekonomi yang membaik, dan keputusan konservatif OPEC+ membuat harga minyak naik sekitar tiga persen sepanjang pekan ini. []
Diyan Febriana Citra.