NEW YORK – Harga minyak global berbalik naik setelah adanya kepastian pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan dagang kedua negara. Kepastian ini mengembalikan optimisme pelaku pasar yang sempat terguncang akibat ancaman kebijakan proteksionis dari Washington.
Harga minyak mentah jenis Brent naik 59 sen atau 0,9 persen menjadi US$ 63,32 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat 59 sen atau 1 persen ke level US$ 59,49 per barel.
Sebelumnya, kedua harga acuan tersebut sempat anjlok sekitar 4 persen setelah Trump mengisyaratkan pembatalan pertemuan dengan Xi dan mengancam akan menaikkan tarif impor dari China. Namun, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memastikan bahwa pertemuan keduanya tetap dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan pada akhir Oktober 2025, dengan komunikasi intensif yang terus dilakukan sepanjang akhir pekan.
Analis dari DBS Bank, Suvro Sarkar, menilai pasar mulai merespons positif sinyal stabilitas dari kedua ekonomi terbesar dunia itu.
“Setiap penurunan perdagangan internasional cenderung menekan harga minyak,” ujarnya, seperti dikutip Reuters, Selasa (14/10/2025). Ia menambahkan bahwa kesiapan Washington dan Beijing untuk bernegosiasi menjadi faktor penahan utama agar harga tidak kembali merosot lebih dalam.
Dari sisi fundamental, permintaan minyak mentah China tercatat naik 3,9 persen secara tahunan, mencapai rata-rata 11,5 juta barel per hari. Kenaikan ini menunjukkan pemulihan industri dan konsumsi energi di negara tersebut. Di sisi lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia yang relatif tinggi untuk periode 2025–2026, menambah optimisme pasar terhadap kestabilan harga di masa mendatang.
Selain faktor ekonomi, situasi geopolitik juga turut memengaruhi pergerakan harga. Kabar mengenai pembebasan 20 sandera Israel oleh kelompok Hamas dalam kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh AS memberi sinyal positif bagi perdamaian di Timur Tengah kawasan yang selama ini menjadi jantung produksi minyak dunia.
Kendati demikian, analis dari PVM Oil Associates mengingatkan bahwa pasar masih berhati-hati menilai perkembangan tersebut.
“Pasar tetap skeptis dan akan menunggu bukti gencatan senjata yang bertahan lebih dari beberapa hari,” ujar analis PVM, menegaskan bahwa stabilitas geopolitik yang berkelanjutan masih menjadi kunci arah harga minyak dalam waktu dekat. []
Diyan Febriana Citra.