Helikopter Militer Filipina Jatuh di Tengah Misi Bantuan Pasca-Topan

Helikopter Militer Filipina Jatuh di Tengah Misi Bantuan Pasca-Topan

Bagikan:

MANILA — Upaya kemanusiaan militer Filipina menghadapi bencana kembali diuji setelah sebuah helikopter UH-1H Super Huey milik Angkatan Udara Filipina (PAF) dilaporkan jatuh saat menjalankan misi bantuan untuk korban Topan Kalmaegi di Pulau Mindanao. Insiden ini menambah daftar panjang kecelakaan udara yang melibatkan armada militer saat menjalankan tugas kemanusiaan di negara kepulauan tersebut.

Kepala Komando Mindanao Timur mengonfirmasi peristiwa itu pada Selasa (04/11/2025). Helikopter tersebut tengah dalam perjalanan menuju kota pesisir Butuan, membawa tim untuk melakukan penilaian cepat kerusakan dan distribusi bantuan logistik di wilayah terdampak topan.

Juru bicara Angkatan Udara Filipina, Christina Basco, menyatakan bahwa pihaknya kehilangan kontak dengan pesawat saat melintas di area pegunungan dekat Batalyon Infanteri ke-60 di Loreto, Provinsi Agusan del Sur.

“Kami kehilangan komunikasi dengan helikopter tersebut saat berada di wilayah operasi. Saat ini, upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung,” ujarnya.

Operasi pencarian langsung digelar oleh tim gabungan militer dan kepolisian setempat. Namun hingga kini, jumlah personel di dalam helikopter dan kondisi mereka belum dapat dipastikan. Beberapa warga dilaporkan menemukan serpihan logam dan kemungkinan jenazah di lokasi jatuhnya pesawat, tetapi otoritas militer belum memberikan konfirmasi resmi.

Menurut keterangan Angkatan Udara Filipina, helikopter itu merupakan bagian dari konvoi empat unit Super Huey yang berangkat dari Davao menuju Butuan. Keempatnya ditugaskan untuk mendukung misi penilaian kerusakan pasca-topan dan distribusi bantuan logistik, termasuk pengiriman makanan serta peralatan medis.

“Investigasi menyeluruh akan dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan. Kami juga akan meninjau kembali prosedur keselamatan dalam operasi udara di tengah cuaca ekstrem,” kata Basco.

Insiden ini terjadi di tengah upaya besar-besaran pemerintah Filipina menanggulangi dampak Topan Kalmaegi, badai kuat dengan kecepatan angin mencapai 150 km/jam dan hembusan hingga 205 km/jam. Badai tersebut mendarat di Pulau Dinagat pada Senin malam sebelum bergerak melintasi Cebu dan Negros, menyebabkan puluhan ribu rumah rusak, jaringan listrik lumpuh, dan banjir besar di beberapa kota pesisir.

Sedikitnya 26 orang dilaporkan tewas, sementara sekitar 400.000 penduduk telah dievakuasi ke tempat aman. Namun, sejumlah lokasi pengungsian justru ikut terendam akibat hujan deras yang terus mengguyur sejak malam hingga pagi hari.

Pakar cuaca Charmaine Varilla menilai Kalmaegi sebagai badai ke-20 yang menghantam Filipina tahun ini, dengan kemungkinan masih ada “tiga hingga lima badai lagi” sebelum akhir Desember. “Kondisi atmosfer saat ini menunjukkan tren peningkatan intensitas badai di wilayah Pasifik barat,” ujarnya.

Filipina menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap bencana alam di dunia. Setiap tahun, sekitar 20 topan tropis melintasi kepulauan itu, sering kali menimbulkan korban jiwa dan kerugian besar.

Tragedi jatuhnya helikopter ini menegaskan beratnya risiko yang dihadapi aparat militer dalam menjalankan misi kemanusiaan di tengah situasi cuaca ekstrem, ketika keselamatan prajurit dan warga sipil sama-sama dipertaruhkan demi membantu sesama. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional