TEL AVIV – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersama Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan pada Selasa (16/09/2025) peluncuran serangan darat di Kota Gaza. Pernyataan ini disampaikan saat sidang pembukaan persidangan kasus korupsi yang tengah dihadapi Netanyahu.
Dalam sidang tersebut, Netanyahu meminta dibebaskan dari keharusan memberikan kesaksian, dengan alasan adanya hal-hal penting yang sedang terjadi. Ia menegaskan, “IDF telah memulai operasi intensif di Kota Gaza.” Pernyataan ini kemudian dikonfirmasi militer Israel, yang menyebut dua divisi ke-162 dan ke-98 telah memulai operasi darat, sementara divisi ke-36 dijadwalkan bergabung dalam beberapa hari mendatang. Jumlah personel yang diterjunkan mencapai puluhan ribu tentara.
Eskalasi ini mengikuti persetujuan Kabinet Keamanan Israel pada bulan lalu terhadap rencana pengambilalihan Kota Gaza, wilayah yang sebagian besar belum berada di bawah kendali militer Israel. Langkah ini membuka kemungkinan bagi Israel untuk mengambil alih secara penuh wilayah kantong Palestina tersebut.
Meskipun serangan darat awalnya diperkirakan berlangsung pada Oktober 2025, IDF telah memulai fase awal ofensif yang disebut Kereta Perang Gideon B beberapa pekan sebelumnya. Fase ini meliputi serangan intensif terhadap posisi-posisi yang diduga milik Hamas, termasuk menara-menara tinggi, serta serangan darat di pinggiran Kota Gaza dan beberapa permukiman di barat wilayah tersebut.
Media Palestina melaporkan serangan besar-besaran terjadi di Kota Gaza dan sekitarnya sejak Senin malam, dengan klaim beberapa media bahwa tank-tank Israel telah memasuki wilayah kota. Kolonel Avichay Adraee, juru bicara IDF berbahasa Arab, menyatakan, “Lebih dari 40% dari sekitar satu juta penduduk Kota Gaza telah meninggalkan kota demi keselamatan mereka dan orang-orang yang mereka cintai.” Ia juga menegaskan bahwa IDF telah mulai menghancurkan infrastruktur Hamas di Kota Gaza, menandai dimulainya ofensif besar-besaran di wilayah tersebut.
Adraee memperingatkan melalui unggahan di X, “Kota Gaza dianggap sebagai zona pertempuran berbahaya, tinggal di area tersebut akan menempatkan Anda dalam risiko.” Warga sipil diperintahkan segera mengungsi dan bergerak menuju zona kemanusiaan yang ditetapkan Israel di bagian selatan Jalur Gaza. Perkiraan IDF menunjukkan lebih dari 350.000 warga Palestina telah meninggalkan Kota Gaza sejak awal serangan.
Kondisi ini memicu kekhawatiran internasional terkait keselamatan warga sipil, sekaligus menambah tekanan diplomatik terhadap Israel untuk menahan eskalasi konflik. Langkah militer Israel di Kota Gaza menjadi sorotan global, seiring meningkatnya ketegangan di wilayah Timur Tengah. []
Diyan Febriana Citra.