TUNISIA — Ketegangan di perairan internasional kembali meningkat setelah 20 kapal perang Israel mencegat dan menyerang armada kemanusiaan Global Sumud Flotilla yang sedang menuju Gaza pada Kamis (02/10/2025) dini hari. Armada yang membawa bantuan pangan, obat-obatan, air bersih, serta susu bayi untuk warga Gaza tersebut dilaporkan disabotase komunikasinya sebelum akhirnya ditahan paksa oleh militer Israel.
Menurut laporan resmi Global Sumud Flotilla, setidaknya 11 kapal telah diserang dan delapan di antaranya dalam status darurat. Kapal-kapal utama yang menjadi sasaran meliputi Kapal Alma, Sirius, hingga Free Willy.
“Sebelum tentara pendudukan (Zionis Israel) menaiki kapal-kapal tersebut secara ilegal, tampaknya kapal-kapal laut tentara pendudukan sengaja merusak komunikasi armada-armada Global Sumud Flotilla,” demikian pernyataan resmi kelompok tersebut.
Thiago Avila, salah satu pemimpin pelayaran, menegaskan dalam negosiasinya bahwa misi mereka sah dan damai. “Kami adalah misi kemanusiaan yang damai dan tanpa kekerasan. Dan perjalanan kami sah menurut hukum internasional. Segala usaha menghalangi kami adalah tindakan ilegal dan melanggar hukum internasional,” ujarnya.
Namun, negosiasi itu tidak diindahkan. Tentara Israel tetap menyerang, bahkan menggunakan cara-cara kekerasan seperti meriam air dan penabrakan kapal. Aktivis asal Brasil itu juga menekankan bahwa bantuan yang dibawa sepenuhnya bersifat kemanusiaan. “Kami hanya membawa makanan, bantuan obat-obatan, air bersih, dan susu bayi untuk orang-orang yang kalian (Zionis Israel) biarkan kelaparan di Gaza,” katanya.
Salah satu yang menjadi sorotan publik internasional adalah penangkapan aktivis lingkungan Greta Thunberg, yang ikut serta dalam armada tersebut. Selain Greta, sejumlah aktivis dari berbagai negara juga ditahan tanpa kepastian hukum karena sistem peradilan Israel saat ini lumpuh akibat libur Yom Kippur.
Serangan ini memicu gelombang protes di berbagai belahan dunia. Di Italia, demonstran memblokir jalur kereta api di kota Napoli dan Roma. Aksi serupa juga terjadi di Berlin, Paris, Barcelona, Brussel, Istanbul, hingga Tunis. Serikat pekerja Italia bahkan menyerukan pemogokan umum untuk memprotes perlakuan militer Israel terhadap warga sipil yang menjadi bagian dari misi kemanusiaan tersebut.
Di Irlandia, kemarahan publik meningkat setelah Senator Sinn Fein, Chris Andrews, dikabarkan turut ditahan di atas kapal. Presiden Irlandia Michael D Higgins menegaskan bahwa tindakan Israel merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional.
“Dalam beberapa minggu terakhir terdapat konsensus di antara anggota PBB bahwa Negara Palestina harus diakui namun kini justru armada kemanusiaan yang membawa lebih dari 500 orang dari komunitas internasional dihalangi mencapai tujuan mereka,” tegasnya.
Israel sendiri berdalih bahwa armada tersebut adalah provokasi politik, bukan murni bantuan. Namun, sikap ini justru memperbesar tekanan diplomatik terhadap Tel Aviv, terutama karena blokade yang diberlakukan di Gaza telah lama dikritik oleh Mahkamah Internasional sebagai bentuk pelanggaran hukum.
Hingga berita ini diturunkan, intersepsi kapal Global Sumud Flotilla masih berlangsung, dengan sejumlah aktivis dilaporkan disandera. Situasi ini diperkirakan dapat memicu krisis diplomatik baru di tingkat global serta meningkatkan tekanan agar blokade Gaza segera diakhiri. []
Diyan Febriana Citra.