JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus memperkuat komitmen dalam transisi energi rendah emisi melalui kerja sama strategis dengan Jepang. Hal ini tercermin dari pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dan Fumio Kishida selaku utusan khusus Perdana Menteri Jepang, yang berlangsung di Jakarta pada Senin (5/5/2025). Pertemuan ini merupakan lanjutan dari dialog sebelumnya antara Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Jepang.
Salah satu hasil konkret dari kerja sama tersebut adalah penandatanganan perjanjian financial close untuk pembangunan unit kedua Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh di Solok, Sumatera Barat. Proyek ini digarap oleh PT Supreme Energy Muara Laboh (PT SEML) dan didanai oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC), dengan nilai investasi mencapai 500 juta dolar Amerika Serikat atau setara Rp8,2 triliun. Kapasitas listrik yang akan dihasilkan mencapai 88 megawatt (MW).
“Hari ini showcase-nya yang sudah jalan adalah PLTP Muara Laboh di Solok, Sumatera Barat dengan financial close ini 88 MW proyek dengan nilai proyek mendekati 500 juta USD,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian.
Pendanaan dari JBIC ini mencerminkan dukungan nyata Jepang terhadap inisiatif Asia Zero Emission Community (AZEC), yang merupakan bagian dari upaya bersama negara-negara di Asia untuk menekan emisi karbon dan mempercepat transisi menuju energi bersih. Menurut Airlangga, kerja sama Indonesia dan Jepang dalam bidang energi telah berlangsung lama, termasuk sejak tahun 2013 ketika Kishida menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Jepang.
“Di tahun 2013 saat menjabat sebagai Mitra Menteri Luar Negeri Jepang, Bapak Kishida menandatangani joint crediting mechanism dengan Menko Perekonomian pada saat itu, dan kemudian juga PM Kishida menginisiasi berdirinya ASEAN Zero Emission Economy Community yang hari ini showcase-nya yang sudah jalan adalah PLTP Muara Laboh di Solok,” jelas Airlangga.
Tak hanya proyek PLTP Muara Laboh, kerja sama Indonesia dan Jepang dalam kerangka AZEC juga mencakup beberapa proyek lain. Di antaranya, proyek waste-to-energy di Legok Nangka, pengembangan bahan bakar ramah lingkungan untuk penerbangan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF), serta PLTP Sarulla dan proyek jaringan transmisi listrik dari Pulau Jawa ke Sumatera.
“Beberapa lagi proyek yang sudah masuk dalam kategori satu yaitu Legok Nangka waste-to-energy, kemudian Sustainable Aviation Fuel dan PLTP Sarulla juga termasuk dalam yang akan dibiayai yaitu transmisi line dari Jawa ke Sumatera dan ini diharapkan bisa masuk dalam tahapan komersial. Kunjungan mantan Perdana Menteri ini menegaskan komitmen kuat Indonesia dan Jepang untuk bekerja sama di masa depan yang berkelanjutan dan rendah karbon,” tutur Airlangga.
Kerja sama ini diharapkan tidak hanya mempercepat pembangunan infrastruktur energi bersih di Indonesia, tetapi juga mendorong investasi asing, memperkuat diplomasi ekonomi, dan memperkuat peran Indonesia sebagai negara yang berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dan mitigasi perubahan iklim.[]
Putri Aulia Maharani