JAKARTA – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Venezuela kembali memanas setelah pemerintah Caracas melaporkan adanya aktivitas militer asing di dekat wilayahnya. Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino, mengungkapkan bahwa radar pertahanan udara dan sistem pemantau bandara utama negara itu mendeteksi kehadiran lima jet tempur Amerika Serikat di sekitar garis pantai Venezuela pada Kamis (02/10/2025).
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional, Padrino menyebut keberadaan pesawat tersebut sebagai langkah provokatif yang mengancam stabilitas kawasan.
“Pertahanan udara Venezuela dan sistem pelacakan bandara terbesar negara itu mendeteksi lebih dari lima pesawat tempur yang berani mendekati pantai Venezuela,” tegasnya.
Meski tidak merinci jenis pesawat yang dimaksud, laporan itu muncul tak lama setelah diketahui Presiden AS Donald Trump pada bulan lalu mengirimkan 10 unit jet tempur F-35 ke Puerto Riko, wilayah AS di Karibia. Selain itu, Washington juga menugaskan delapan kapal perang dan satu kapal selam bertenaga nuklir untuk beroperasi di perairan dekat Venezuela. Menurut Gedung Putih, pengerahan kekuatan besar ini merupakan bagian dari operasi memerangi jaringan perdagangan narkoba lintas Karibia menuju Amerika Serikat.
Langkah militer besar-besaran ini menjadi yang pertama dalam lebih dari tiga dekade terakhir di kawasan tersebut. Namun, Caracas menilai alasan pemberantasan narkoba hanyalah kedok. Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menuduh pemerintahan Trump melakukan upaya terselubung untuk menggulingkan dirinya dan mendorong perubahan rezim di Caracas.
Kecurigaan itu semakin diperkuat dengan operasi militer AS yang dalam beberapa pekan terakhir dilaporkan menghancurkan sedikitnya tiga kapal yang dituding milik jaringan pengedar narkoba. Insiden tersebut menewaskan sedikitnya 14 orang, dan Venezuela menganggapnya sebagai bentuk eskalasi yang mengancam kedaulatan negara.
Menteri Pertahanan Padrino secara terbuka mengecam dugaan penerbangan pesawat militer AS sebagai bentuk intimidasi. Ia menilai tindakan Washington tidak hanya melanggar norma internasional, tetapi juga merupakan ancaman bagi keamanan nasional Venezuela.
Di sisi lain, pemerintahan Maduro terus menggalang dukungan dalam negeri menghadapi tekanan eksternal. Sebelumnya, pemerintah bahkan menggelar latihan militer kilat yang melibatkan warga sipil. Latihan ini dimaksudkan sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan konflik bersenjata dengan kekuatan asing.
Situasi ini membuat kawasan Karibia berada dalam sorotan internasional. Negara-negara tetangga cemas ketegangan antara Caracas dan Washington dapat berkembang menjadi konflik terbuka yang melibatkan kekuatan militer dalam skala besar. []
Diyan Febriana Citra.