JAKARTA – Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyampaikan rasa prihatinnya atas insiden pembakaran Gedung Negara Grahadi di Surabaya saat aksi demonstrasi beberapa waktu lalu. Ia menekankan bahwa bangunan tersebut merupakan cagar budaya yang seharusnya dijaga bersama.
“Tentu itu bagian dari cagar budaya, kita semua prihatin bahwa bagian barat Gedung Grahadi ternyata dilempari molotov,” ujar Khofifah saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (1/9/2025).
Menurut Khofifah, Gedung Grahadi tidak hanya menjadi simbol pemerintahan, melainkan juga warisan sejarah yang bernilai tinggi. Oleh sebab itu, ia menilai tindakan perusakan yang dilakukan massa tidak dapat dibenarkan. Bagian gedung yang terbakar kini telah dipasangi sekat untuk memudahkan proses identifikasi.
“Karena proses pelemparan bom molotov itu semua bisa teridentifikasi,” ucapnya menegaskan.
Selain menyoroti kerusakan gedung, Khofifah juga menanggapi aspirasi yang disampaikan para pengunjuk rasa. Salah satu tuntutan massa adalah pembebasan sejumlah orang yang sebelumnya ditahan pihak kepolisian.
“Saya tanya mereka menuntut apa, oh kawan-kawannya yang sedang ditahan di Poltabes (Polrestabes Surabaya) supaya dikeluarkan, saya pun bertelepon dengan Pak Kapolda di depan mereka,” jelasnya.
Ia menambahkan, pada malam kejadian hingga menjelang dini hari, beberapa orang yang diamankan telah dipulangkan setelah keluarga mereka menjemput. “Jadi yang malam itu sampai dini hari ya sampai setengah 2, yang anggota keluarganya sudah datang menjemput semua dipulangkan,” pungkas Khofifah.
Peristiwa perusakan Gedung Negara Grahadi ini menambah catatan buruk dalam dinamika unjuk rasa di Surabaya. Pemerintah daerah berharap ke depan penyampaian pendapat dapat dilakukan dengan cara yang damai tanpa merugikan kepentingan masyarakat luas maupun merusak aset bersejarah.
Khofifah mengingatkan bahwa unjuk rasa merupakan hak setiap warga negara, tetapi harus dilakukan dengan cara bermartabat. Ia menekankan pentingnya menjaga ketertiban, menghormati sesama, dan menunjukkan bahwa suara rakyat dapat disampaikan tanpa kekerasan.[]
Putri A