Kim Jong Un Siap Berdialog, Tolak Isu Denuklirisasi

Kim Jong Un Siap Berdialog, Tolak Isu Denuklirisasi

TOKYO — Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, kembali mengirim sinyal diplomasi ke Amerika Serikat dengan syarat tertentu. Ia menyatakan kesiapannya melanjutkan dialog dengan Washington, namun menegaskan pembicaraan itu tidak boleh menyentuh isu denuklirisasi. Pernyataan ini disampaikan Kim dalam pidatonya pada sidang Majelis Rakyat Tertinggi yang digelar Minggu (21/09/2025) di Aula Pertemuan Mansudae, Pyongyang.

Kim mengatakan tidak ada alasan bagi Korea Utara dan Amerika Serikat untuk menghindari dialog, asalkan Washington benar-benar menginginkan hidup berdampingan secara damai. Ucapan ini sekaligus menjadi indikasi bahwa Pyongyang masih membuka pintu komunikasi, meskipun menutup rapat kemungkinan negosiasi terkait senjata nuklir.

Dalam forum tersebut, Kim menegaskan bahwa negaranya tidak akan pernah meninggalkan program nuklir. Ia menolak anggapan bahwa Korut akan bersedia menukar senjata nuklir dengan pencabutan sanksi Dewan Keamanan PBB. Posisi ini menunjukkan konsistensi Pyongyang yang menempatkan senjata nuklir sebagai jaminan keamanan negara di tengah tekanan internasional.

Menariknya, Kim juga mengungkapkan sisi personal hubungannya dengan Presiden AS Donald Trump. Ia menyebut masih memiliki kenangan menyenangkan bersama Trump, meskipun hubungan kedua negara kerap diwarnai ketegangan. Pernyataan ini menjadi kali pertama Kim secara terbuka berbicara mengenai Trump sejak presiden AS itu menjabat untuk periode keduanya pada Januari lalu.

Trump, di sisi lain, pernah menyatakan minatnya untuk segera bertemu Kim dalam tahun ini. Hal tersebut membuka spekulasi bahwa komunikasi tingkat tinggi antara Washington dan Pyongyang dapat kembali digelar, meski format dan topiknya masih menjadi tanda tanya besar.

Pada Juli 2025 lalu, adik Kim, Kim Yo Jong, juga menegaskan sikap keras Pyongyang. Dalam pernyataannya, ia menuntut agar Amerika Serikat mengakui Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir jika ingin membangun hubungan bilateral yang berkelanjutan. Pesan ini semakin memperjelas garis kebijakan luar negeri Korut yang tidak akan bergeser dari status nuklirnya.

Pernyataan Kim kali ini memperlihatkan strategi ganda Korea Utara tetap mengunci senjata nuklir sebagai garansi eksistensi, namun sekaligus membuka pintu diplomasi untuk mengurangi isolasi internasional. Dengan latar belakang hubungan pribadi yang unik antara Kim dan Trump, peluang dialog di masa mendatang masih terbuka, meski jalannya dipastikan penuh dengan dinamika politik dan negosiasi rumit. []

Diyan Febriana Citra.

Internasional