BOGOTÁ – Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengambil langkah diplomatik paling tegas terhadap Israel dengan mengumumkan penghentian perjanjian perdagangan bebas antara kedua negara. Tidak hanya itu, Petro juga menuntut agar misi diplomatik Israel segera meninggalkan Kolombia.
Keputusan bersejarah ini disampaikan pada Rabu (01/10/2025), setelah dunia internasional diguncang kabar serangan pasukan Israel terhadap Armada Global Sumud Flotilla, yang berlayar menuju Jalur Gaza dengan membawa bantuan kemanusiaan.
Petro mengecam keras tindakan tersebut. Ia menyebut serangan Israel sebagai kejahatan internasional baru yang dilakukan oleh Netanyahu dan menegaskan bahwa negaranya tidak akan tinggal diam.
“Kolombia berdiri di sisi hak asasi manusia dan akan selalu membela warga sipil Palestina yang tidak berdaya di hadapan mesin perang Israel,” ujar Petro.
Penyelenggara Armada Global mengungkapkan bahwa kapal Alma dan Sirius yang menjadi bagian dari misi solidaritas ditahan oleh pasukan Israel. Kapal-kapal yang seharusnya menuju Gaza itu dipaksa dialihkan ke pelabuhan Ashdod, sementara para aktivis dan relawan ditangkap.
Menurut penyelenggara, insiden ini adalah bagian dari strategi Israel untuk mempertahankan blokade Gaza. Hampir 18 tahun lamanya, dua juta lebih penduduk di wilayah tersebut hidup dalam kondisi yang disebut badan-badan kemanusiaan sebagai salah satu krisis terparah di dunia.
Langkah Kolombia memperlihatkan pergeseran sikap negara Amerika Latin terhadap konflik Palestina-Israel. Dengan memutus hubungan dagang dan meminta diplomat Israel angkat kaki, Bogotá mengirimkan pesan bahwa kekerasan yang menewaskan warga sipil tidak bisa dibenarkan.
Pengamat menilai sikap Petro berpotensi mendorong negara-negara lain di kawasan untuk mengambil langkah serupa, terlebih setelah laporan yang menyebut sedikitnya 235.000 warga Palestina gugur atau terluka sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023.
Petro bahkan berjanji akan membawa isu ini ke forum-forum internasional, termasuk PBB, sebagai bagian dari upaya menuntut pertanggungjawaban hukum.
“Kolombia akan menempuh segala cara untuk menuntut pertanggungjawaban Israel atas pelanggaran hukum internasional dan kejahatan kemanusiaan,” tegasnya.
Sikap Kolombia menambah panjang daftar negara yang vokal menyuarakan solidaritas untuk Palestina. Banyak pihak menilai, keputusan ini bukan hanya sekadar simbolik, tetapi juga memberi tekanan politik dan ekonomi yang nyata kepada Israel.
Dengan demikian, tragedi di Gaza semakin dipandang bukan sekadar persoalan regional, melainkan isu kemanusiaan global yang menuntut respons nyata dari komunitas internasional. []
Diyan Febriana Citra.