NEW YORK – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dijadwalkan menggelar sidang tertutup pada Jumat (25/07/2025) pukul 19.00 GMT atau 15.00 waktu New York untuk membahas konflik yang semakin memburuk antara Thailand dan Kamboja. Pertemuan ini dipimpin oleh Pakistan selaku Ketua Dewan Keamanan PBB untuk bulan ini.
“Pertemuan tertutup besok pukul 15.00 (EST),” demikian bunyi pernyataan misi Pakistan di PBB, Kamis (24/07/2025).
Langkah ini menjadi bagian dari upaya komunitas internasional dalam menengahi konflik yang telah menimbulkan korban jiwa dan memicu kekhawatiran regional. Eskalasi militer di perbatasan kedua negara telah memakan banyak korban, baik dari kalangan sipil maupun militer.
Konflik militer yang berlangsung di perbatasan telah menyebabkan penderitaan di kedua belah pihak. Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Somsak Thepsuthin, menyebutkan bahwa sejauh ini serangan roket dari Kamboja telah menyebabkan 11 warga sipil, termasuk dua anak-anak, serta seorang tentara Thailand tewas.
“Serangan itu juga menargetkan lima rumah sakit, dan satu di antaranya mengenai gedung rumah sakit di Provinsi Surin,” ungkap Somsak.
Tak tinggal diam, Thailand membalas dengan mengerahkan jet tempur F-16 untuk menyerang sejumlah titik militer yang dianggap menjadi sumber serangan roket. Kementerian Luar Negeri Thailand juga menyatakan bahwa Kamboja telah membalas dengan menembakkan roket BM-21. Beberapa unggahan di media sosial memperlihatkan dampak serangan, termasuk kerusakan di sebuah minimarket dan SPBU di wilayah Thailand.
Pihak berwenang di empat provinsi Thailand yang berbatasan langsung dengan Kamboja telah mengevakuasi puluhan ribu warga demi keselamatan mereka. Langkah ini diambil untuk menghindari jatuhnya korban jiwa yang lebih besar di tengah konflik yang terus berkobar.
Akar permasalahan antara kedua negara tidak lepas dari perselisihan lama mengenai status Kuil Preah Vihear, warisan abad ke-11 yang diakui sebagai situs Warisan Dunia UNESCO. Sengketa tersebut telah berulang kali menjadi pemicu konflik bersenjata, termasuk insiden terbaru ini.
Pertemuan Dewan Keamanan PBB diharapkan dapat menjadi momentum bagi komunitas internasional untuk mendorong penyelesaian damai atas konflik ini. Melalui mediasi dan tekanan diplomatik, negara-negara anggota PBB diharapkan dapat mendorong kedua pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan.
Jika tidak segera diredam, konflik ini dikhawatirkan bisa berdampak lebih luas, tidak hanya terhadap stabilitas kawasan Asia Tenggara, tetapi juga pada hubungan bilateral yang selama ini terus dibayangi ketegangan historis. []
Diyan Febriana Citra.