SEOUL – Upaya mempertahankan stabilitas di Semenanjung Korea kembali diuji ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat mengumumkan pelaksanaan latihan militer gabungan tahunan, Ulchi Freedom Shield, mulai 18 Agustus 2025. Namun berbeda dari tahun sebelumnya, latihan kali ini hanya akan mencakup 20 kegiatan lapangan dari total 40 yang direncanakan.
Pengurangan jumlah latihan tersebut memicu berbagai spekulasi, mulai dari alasan teknis hingga kemungkinan strategi diplomatik tersembunyi untuk menurunkan eskalasi ketegangan dengan Korea Utara.
Dalam konferensi pers, Juru Bicara Staf Gabungan Korea Selatan, Lee Sung Jun, menyebut bahwa separuh kegiatan latihan akan dijadwal ulang pada bulan September.
“Keputusan ini diambil berdasarkan berbagai pertimbangan, termasuk faktor cuaca ekstrem dan pentingnya menjaga kesiapan pertahanan gabungan sepanjang tahun,” jelas Lee, Kamis (07/08/2025).
Namun demikian, latihan yang tetap digelar tetap akan berfokus pada penguatan kesiapan militer dalam merespons ancaman nuklir dari Korea Utara. Menurut Lee, program latihan kali ini akan mensimulasikan serangkaian skenario yang berkaitan dengan potensi peluncuran misil dari pihak Pyongyang, meskipun tidak mencakup kemungkinan uji coba nuklir langsung.
“Senjata nuklir Korea Utara telah berkembang, mengadopsi teknologi yang relevan dalam konteks perang modern seperti yang terlihat di Ukraina dan Timur Tengah,” kata Lee.
Di tengah pelaksanaan latihan ini, pemerintahan Korea Selatan yang baru dipimpin oleh Presiden Lee Jae Myung tengah berupaya mengembalikan hubungan diplomatik dengan Korea Utara yang sempat membeku. Bahkan, pada awal pekan ini, pemerintah Seoul telah menghapus pengeras suara propaganda yang selama ini dipasang di dekat perbatasan. Langkah tersebut dinilai sebagai sinyal keterbukaan menuju dialog damai.
Seorang pejabat senior Kementerian Reunifikasi Korea Selatan juga mengonfirmasi bahwa penjadwalan ulang sebagian latihan militer ini merupakan bagian dari pendekatan de-eskalasi ketegangan. “Ini adalah langkah konstruktif untuk menurunkan suhu konflik,” ujarnya.
Namun para analis menilai bahwa perubahan tersebut tidak akan banyak mengubah sikap Pyongyang. “Korea Utara tidak akan puas dengan penyesuaian ini sama sekali,” kata Cheong Seong Chang dari Sejong Institute. “Apa yang diinginkan rezim adalah penghentian total latihan militer dengan Amerika Serikat, bukan sekadar pengurangan atau penjadwalan ulang.”
Pernyataan ini diperkuat oleh komentar terbaru Kim Yo Jong, adik Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, yang menganggap pencabutan siaran propaganda sebagai “tindakan yang tidak layak dihargai.”
Sementara itu, pemerintah Seoul tetap berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara pertahanan nasional dan keterlibatan diplomatik. Latihan militer tetap digelar sebagai bentuk kesiapsiagaan, namun dengan skema yang disesuaikan demi menciptakan ruang negosiasi di tengah ketegangan kawasan yang belum reda. []
Diyan Febriana Citra.