Kunjungan Putin ke India Tegaskan Soliditas Kemitraan Strategis

Kunjungan Putin ke India Tegaskan Soliditas Kemitraan Strategis

Bagikan:

NEW DELHI – Kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke India pada Kamis (04/12/2025) menjadi salah satu peristiwa diplomatik yang mencuri perhatian dunia di tengah persaingan geopolitik yang semakin tajam. Kehadiran Putin memenuhi undangan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk menghadiri KTT India–Rusia ke-23, sekaligus menegaskan kembali ketangguhan hubungan kedua negara yang telah terjalin selama hampir delapan dekade.

Kunjungan ini merupakan yang pertama bagi Putin sejak Rusia melancarkan invasi penuh ke Ukraina pada 2022. Di berbagai negara, invasi tersebut memicu kecaman serta sanksi ekonomi dari Barat, namun India memilih mempertahankan pendekatan pragmatis terhadap Moskow. Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri India menegaskan bahwa kedua pemimpin akan bertukar pandangan mengenai isu-isu regional dan global yang menjadi perhatian bersama, termasuk masa depan kemitraan strategis yang disebut sebagai “khusus dan istimewa”.

Menjelang lawatan tersebut, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menekankan pentingnya keamanan perdagangan bilateral, terutama ketika India menghadapi tekanan tarif dari Amerika Serikat atas pembelian minyak Rusia.

“Kita harus mengamankan perdagangan kita dari tekanan luar negeri,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa kedua pihak tengah membahas mekanisme pembayaran alternatif untuk menghindari dampak sanksi Barat.

Selain minyak, agenda lainnya mencakup peningkatan mobilitas tenaga kerja India ke Rusia, serta pembahasan berkelanjutan terkait kerja sama pertahanan. Rusia masih menjadi pemasok senjata terbesar bagi India, termasuk sistem pertahanan udara S-400, pesawat tempur Sukhoi-57, serta teknologi reaktor nuklir modular kecil. Dalam sektor energi, Rusia kini memasok lebih dari 35 persen kebutuhan minyak mentah India kenaikan signifikan dari sekitar 2 persen sebelum konflik Ukraina.

Namun lembaga intelijen maritim Kpler mencatat bahwa sejumlah kilang India mulai mendiversifikasi pemasok akibat langkah Washington yang menargetkan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi minyak Rusia. Meski begitu, sejumlah analis menilai bahwa hubungan New Delhi dan Moskow tetap stabil dan sulit dipisahkan dari kepentingan strategis masing-masing.

Rajan Kumar dari Centre of Russian Studies, Universitas Jawaharlal Nehru, menilai kunjungan Putin membawa pesan kuat kepada Barat bahwa Rusia tidak terisolasi secara geopolitik. Menurutnya, India melihat Rusia sebagai mitra penting untuk menyeimbangkan hubungan dengan Amerika Serikat maupun Cina.

“Kebijakan Trump menciptakan defisit kepercayaan dengan AS dan meningkatkan arti penting Rusia. Mengisolasi Rusia berarti mendorongnya semakin dekat ke Cina, sesuatu yang tidak diinginkan India,” ujarnya.

Hubungan historis kedua negara turut menjadi faktor pengikat. Sejak masa kemerdekaan India, Uni Soviet memberikan dukungan diplomatik dan teknologi, termasuk dalam pembangunan industri dan pertahanan. Pada 1971, Moskow secara terbuka mendukung India dalam perang dengan Pakistan sebuah momentum yang menguatkan kepercayaan politik kedua pihak.

Hubungan itu terus berlanjut hingga era modern. Pada 2002, kerja sama eksplorasi luar angkasa ditandatangani, dan sejak pemerintahan Modi dimulai pada 2014, kolaborasi diperluas ke sektor energi nuklir serta penjualan uranium. Ketika perang Ukraina mengguncang keseimbangan global, India tetap berhati-hati dan tidak memutuskan hubungan dengan Moskow maupun Barat.

D Bala Venkatesh Varma, mantan duta besar India untuk Rusia, menyebut kedua negara telah membangun modal kepercayaan besar selama puluhan tahun.

“KTT ini dapat diperkirakan menjadi momen bagi kedua pemimpin untuk menginvestasikan kembali komitmen dalam kemitraan strategis bilateral,” katanya.

Harsh Pant dari ORF menambahkan bahwa meski AS menekan India untuk mengurangi ketergantungan pada Moskow, New Delhi menganggap kerja sama pertahanan dan energi dengan Rusia terlalu vital untuk dikorbankan. Menurutnya, upaya India mencapai otonomi strategis membuat hubungan India–Rusia tidak mudah terpengaruh oleh dinamika jangka pendek di Washington.

Kunjungan Putin pun tampak menjadi peneguhan bahwa kedua negara berkomitmen mempertahankan ruang manuver strategis di tengah tekanan internasional, sambil memperkuat posisi masing-masing dalam tatanan global yang terus berubah. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional