MAIDUGURI – Situasi keamanan di Kota Maiduguri, Nigeria, kembali menjadi sorotan setelah sebuah ledakan terjadi di sebuah masjid pada Rabu (24/12/2025) malam waktu setempat. Insiden tersebut mengakibatkan sedikitnya tujuh orang meninggal dunia, sementara sejumlah lainnya mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat. Hingga Kamis (25/12/2025), belum ada kelompok bersenjata yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut, sebagaimana dilaporkan AFP.
Ledakan terjadi ketika umat Islam tengah melaksanakan shalat Maghrib sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Sejumlah saksi mata menyebutkan suasana ibadah mendadak berubah mencekam setelah suara ledakan keras mengguncang area masjid. Jamaah yang berada di dalam masjid panik dan berusaha menyelamatkan diri, sementara warga sekitar segera berdatangan untuk memberikan pertolongan.
Salah satu pemimpin masjid, Malam Abuna Yusuf, menyampaikan bahwa jumlah korban meninggal dunia mencapai delapan orang. Namun, hingga saat ini pihak berwenang belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait jumlah korban jiwa. Aparat keamanan masih melakukan pendataan serta penyelidikan lanjutan di lokasi kejadian.
Pihak kepolisian Nigeria membenarkan terjadinya insiden tersebut. “Kami dapat memastikan telah terjadi ledakan,” kata juru bicara polisi, Nahum Daso. Ia menyebutkan bahwa berdasarkan informasi awal yang dihimpun aparat, jumlah korban tewas tercatat sebanyak tujuh orang. Polisi menduga bahan peledak ditempatkan di dalam masjid dan meledak di tengah pelaksanaan shalat.
Meski demikian, keterangan dari sejumlah saksi mata menunjukkan kemungkinan lain. Beberapa di antaranya menduga ledakan tersebut merupakan aksi bom bunuh diri. “Saya melihat banyak korban dibawa untuk mendapatkan perawatan medis,” kata salah seorang saksi mata, Isa Musa Yusha’u. Hingga kini, dugaan tersebut masih didalami oleh aparat keamanan.
Pasca-ledakan, pengamanan di sejumlah titik di Maiduguri diperketat. Sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional bahkan mengeluarkan peringatan keamanan kepada para stafnya agar menjauhi kawasan pasar Gamboru, salah satu area yang dinilai rawan di kota tersebut. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi kemungkinan serangan lanjutan.
Maiduguri merupakan ibu kota Negara Bagian Borno, wilayah yang selama bertahun-tahun menjadi pusat konflik akibat pemberontakan kelompok Boko Haram dan pecahannya, Islamic State West Africa Province (ISWAP). Nigeria telah menghadapi pemberontakan bersenjata sejak 2009, konflik yang menurut catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menewaskan sedikitnya 40.000 orang dan memaksa sekitar dua juta warga mengungsi.
Dalam satu dekade terakhir, intensitas kekerasan di wilayah timur laut Nigeria sempat menurun. Namun, konflik tersebut meluas ke negara-negara tetangga seperti Niger, Chad, dan Kamerun. Kekhawatiran kini kembali meningkat seiring munculnya serangan-serangan mematikan di beberapa wilayah, termasuk Maiduguri.
Kota Maiduguri sendiri pernah dikenal sebagai daerah yang nyaris setiap malam dilanda baku tembak dan pemboman. Meski dalam beberapa tahun terakhir kondisinya relatif lebih tenang dan serangan besar terakhir tercatat terjadi pada 2021, bayang-bayang konflik masih terasa kuat. Operasi militer terus berlangsung, dengan truk-truk militer melintas setiap hari dan pos pemeriksaan malam tetap diberlakukan.
Meski aktivitas ekonomi mulai pulih dan pasar kembali ramai hingga larut malam, insiden ledakan di masjid ini menunjukkan bahwa ancaman keamanan belum sepenuhnya hilang. Aparat keamanan Nigeria kini dihadapkan pada tantangan besar untuk mencegah kembalinya kekerasan berskala luas di wilayah tersebut. []
Diyan Febriana Citra.

