Lowongan Kerja Palsu di Medsos Jerat Ratusan PMI

Lowongan Kerja Palsu di Medsos Jerat Ratusan PMI

Bagikan:

JAKARTA – Ruang digital yang seharusnya memudahkan pencarian kerja justru menjadi sumber persoalan baru bagi pekerja migran Indonesia (PMI). Alih-alih memperoleh pekerjaan yang layak di luar negeri, tidak sedikit PMI terjerat penipuan lowongan kerja yang beredar luas di media sosial. Fenomena ini memperlihatkan masih rapuhnya sistem perlindungan terhadap PMI, terutama pada tahap awal perekrutan yang kini banyak berlangsung secara daring.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkapkan bahwa praktik penipuan terhadap calon PMI melalui iklan lowongan kerja palsu terus meningkat. Sepanjang Januari hingga Desember 2025, pemerintah mencatat lonjakan laporan terkait kasus tersebut.

“Kalau dihitung dari bulan Januari hingga Desember, kami sudah menerima 300 lebih laporan terkait penipuan yang berkaitan dengan PMI. Paling banyak itu adalah lowongan kerja yang diduga fiktif dan ilegal,” kata Meutya saat ditemui di kantor Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Jakarta Selatan, Senin (15/12/2025).

Menurut Meutya, perubahan pola pencarian kerja yang kini bergeser ke ranah digital menuntut kehadiran negara secara lebih aktif. Tanpa pengawasan dan intervensi sejak awal, masyarakat berisiko terjebak informasi palsu yang tampak meyakinkan.

“Negara harus hadir dalam pelindungan PMI agar mereka tidak merasa berjalan sendiri, tapi didampingi sistem yang melindungi, memberdayakan, dan menyuarakan aspirasinya,” ujarnya.

Ia menambahkan, persoalan ini bukan sekadar menyangkut individu, melainkan berdampak pada kepentingan nasional. PMI merupakan salah satu penopang ekonomi melalui remitansi. Ketika mereka terjebak penipuan, potensi ekonomi keluarga dan negara ikut terancam.

Selain penipuan lowongan kerja, Meutya juga menyinggung arahan Presiden Prabowo Subianto terkait upaya membersihkan ruang digital dari praktik judi online. Menurutnya, PMI menjadi salah satu kelompok rentan yang kerap menjadi sasaran.

“Arahan dari Pak Presiden terkait judi online. Ini mungkin nanti juga banyak sasarannya kepada para PMI, jadi ini juga yang harus kita jaga betul,” tuturnya.

Di sisi lain, Menteri P2MI Mukhtarudin mengakui bahwa mayoritas PMI ilegal berangkat ke luar negeri akibat terperdaya iklan pekerjaan palsu di media sosial.

“Memang, kebanyakan, kita mau jujur saja, korban-korban dari pekerja migran yang ilegal ini, mereka itu tertipu, ditipu oleh iklan-iklan yang ada di media sosial,” kata Mukhtarudin.

Ia menjelaskan, tingginya intensitas penggunaan media sosial di Indonesia belum diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang memadai. Untuk itu, KP2MI terus menggalakkan edukasi, termasuk literasi keuangan, agar calon PMI mampu mengenali potensi penipuan sejak awal.

“Sekarang kita sedang melakukan kegiatan yang disebut juga literasi tentang masalah keuangan. Jadi biar mereka dari awal tahu bagaimana sih melihat konten seperti ini, potensinya hoaks, potensinya penipuan,” ucap dia.

Mukhtarudin menyebutkan, KP2MI telah melakukan patroli siber melalui direktorat khusus. Namun, keterbatasan kewenangan menjadi tantangan tersendiri. KP2MI tidak memiliki otoritas untuk menurunkan konten bermasalah.

“Yang bisa takedown adalah Kominfo. Jadi selalu begitu, kami ketemu, kami laporkan ke Kominfo, karena banyak informasi tentang lowongan pekerjaan itu penipuan, hoaks, mereka ambil uangnya kemudian tidak dilakukan penempatan,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Meutya menyatakan Komdigi siap mempercepat penanganan konten penipuan dengan memperkuat kanal pelaporan dan aduan.

“Kami berharap bisa memperkuat kanal-kanal laporan, kanal-kanal aduan, baik dari PMI maupun juga dengan Kementerian P2MI, agar bisa kita lakukan dengan lebih cepat dan lebih masif lagi untuk melakukan take down terhadap konten-konten yang menipu, mengeksploitasi, dan menyesatkan para pekerja migran kita,” ucap dia.

Ke depan, sinergi lintas kementerian diharapkan mampu mempersempit ruang gerak pelaku penipuan, sekaligus memastikan ruang digital menjadi tempat yang lebih aman bagi calon PMI yang menggantungkan harapan hidupnya pada pekerjaan di luar negeri. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Nasional