PARIS — Upaya Prancis untuk memainkan peran lebih tegas dalam panggung politik internasional kembali terlihat saat Presiden Emmanuel Macron mengumumkan bahwa negaranya akan secara resmi mengakui Palestina sebagai negara berdaulat dalam Sidang Majelis Umum PBB pada September 2025 mendatang. Keputusan ini menandai titik balik penting dalam dinamika konflik Timur Tengah yang telah berlangsung puluhan tahun.
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui akun media sosial X pada Jumat (25/07/2025), Macron menyampaikan pesan yang tegas dan bernada historis: “Sesuai dengan komitmen historis untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina.”
Langkah ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina, tetapi juga menjadi sinyal kuat kepada komunitas internasional bahwa stagnasi diplomatik tak bisa lagi menjadi alasan untuk mengabaikan hak bangsa Palestina atas tanah dan kedaulatannya. Bagi Macron, pengakuan ini bukan sekadar isyarat politik, tetapi strategi konkret untuk membangun kerangka damai yang adil dan tahan lama.
Menurut Macron, dunia tidak bisa terus menutup mata terhadap fakta bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan realistis menuju stabilitas. Tanpa status negara yang jelas bagi Palestina, konflik akan terus berlangsung dan mengancam keamanan global.
“Tujuannya adalah membangun negara Palestina, memastikan kelangsungan hidupnya, dan mewujudkannya melalui demiliterisasi serta pengakuan penuh terhadap Israel,” tegas Macron.
Presiden Prancis juga mendorong tiga langkah utama untuk menyokong proses ini: pelucutan senjata kelompok Hamas, pengamanan total di Jalur Gaza, dan dimulainya proses rekonstruksi infrastruktur yang hancur akibat lebih dari dua tahun konflik. Tak hanya itu, Macron menyerukan gencatan senjata segera, pembukaan akses kemanusiaan ke Gaza, serta pembebasan para sandera sebagai langkah awal yang mendesak.
Sebagai bagian dari proses diplomasi, Macron telah menyampaikan surat resmi kepada Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas yang berisi penegasan keputusan tersebut, sekaligus menginformasikan kesiapan pihak Palestina untuk melakukan reformasi dan menerima syarat-syarat tertentu yang mendukung terciptanya perdamaian.
“Kepercayaan, kejelasan, dan komitmen. Kita akan mencapai perdamaian,” ujar Macron dengan penuh harapan.
Pernyataan paling keras datang ketika Macron menyebut bahwa tidak ada jalan lain untuk meredakan ketegangan selain pengakuan penuh terhadap eksistensi Palestina sebagai negara. “Tak ada alternatif,” ujarnya tegas.
Deklarasi ini dinilai sebagai dorongan besar bagi komunitas internasional, khususnya negara-negara Barat, agar segera mengambil sikap serupa. Banyak pihak menilai langkah Prancis ini dapat menciptakan efek domino diplomatik yang mengarah pada lahirnya konsensus global mengenai keabsahan negara Palestina.
Dengan posisi strategisnya di Eropa, Prancis kini mengambil peran baru: bukan hanya sebagai pengamat, melainkan sebagai aktor kunci dalam membentuk arsitektur perdamaian baru di Timur Tengah. []
Diyan Febriana Citra.