Manggarai Bershalawat untuk Redam Tawuran

Manggarai Bershalawat untuk Redam Tawuran

JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana meluncurkan program bertajuk “Manggarai Bershalawat” sebagai pendekatan sosial-kultural untuk mengatasi konflik yang kerap terjadi di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan bahwa program ini menyasar kelompok pemuda yang selama ini terlibat dalam tawuran antarkampung.

Menurut Pramono, banyak anak muda di Manggarai yang belum memiliki pekerjaan tetap serta minim akses terhadap kegiatan positif seperti olahraga dan kreativitas, sehingga mudah terprovokasi untuk melakukan aksi kekerasan. Karena itu, ia menawarkan pendekatan berbasis budaya dan agama sebagai alternatif dari pendekatan represif.

“Saya akan menggagas apa yang dinamakan ‘Manggarai Bershalawat’. Saya akan undang kelompok-kelompok yang bertikai di sana,” ujar Pramono di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (13/05/2025).

Menanggapi rencana tersebut, warga setempat menyambut baik, namun juga memberikan sejumlah masukan. Fajar (39), salah satu warga Manggarai, menilai bahwa anak-anak yang kerap tawuran seharusnya tidak dijauhi, melainkan dirangkul melalui kegiatan yang mendekatkan mereka satu sama lain.

“Jangan posisi anak-anak yang begajulan atau nakal itu makin dijauhi. Jadi benar-benar harus anak-anak nakal itu diajak silaturahmi antarkampung. Insyaallah sih akan terbentuk juga,” ujar Fajar saat ditemui, Jumat (16/05/2025).

Namun, Fajar menilai pendekatan keagamaan melalui shalawatan belum tentu efektif bila tidak dibarengi langkah konkret lainnya, seperti penguatan komunikasi antarwarga dan antarkelompok pemuda.

“Kalau pengajian gabungan itu ya sebagian efektif, karena nggak semuanya (datang), walaupun mereka anak-anak Islam ya. Tapi kan sulit untuk narik mereka ke keagamaan kalau langsung. Jadi ya benar-benar harus ada pendekatan dulu,” tambahnya.

Senada dengan itu, Donal (60), warga lainnya, juga mendukung pengajian gabungan sebagai metode pendekatan, dengan catatan harus ada dialog terbuka dan pemberian ruang partisipasi warga. Namun, ia menegaskan bahwa upaya tersebut harus dibarengi dengan tindakan tegas terhadap provokator yang menjadi biang kerok tawuran.

“Nggak juga (efektif), enggak, karena saya bilang provokatornya ini. Kalau provokator itu yang ketangkap,” ucap Donal.

Program “Manggarai Bershalawat” digagas sebagai alternatif solusi atas konflik horizontal yang telah lama membayangi kehidupan sosial di kawasan padat penduduk tersebut. Melalui kegiatan religius, pemerintah berharap dapat membangun kembali komunikasi yang sempat terputus antarwarga, khususnya generasi mudanya. []

Diyan Febriana Citra.

Nasional