Menaker: Pekerja Harus Siap Hadapi Era AI dan Industri Hijau

Menaker: Pekerja Harus Siap Hadapi Era AI dan Industri Hijau

Bagikan:

JAKARTA — Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyerukan pentingnya kesiapan pekerja Indonesia menghadapi dua tantangan besar dunia ketenagakerjaan modern, yaitu disrupsi akibat perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan pergeseran menuju industri hijau yang ramah lingkungan.

Menurut Yassierli, dua fenomena tersebut tidak bisa dihindari dan akan membawa perubahan besar terhadap struktur ketenagakerjaan nasional.

“Jika tidak diantisipasi, kondisi ini dikhawatirkan akan membuka peluang bagi tenaga kerja asing mengambil alih peran tenaga kerja dalam negeri. Kita tidak boleh kehilangan kesempatan di negeri sendiri,” ujar Yassierli dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Ia menegaskan, peran serikat pekerja (SP) menjadi krusial dalam menghadapi transformasi besar ini. Serikat pekerja tidak hanya berfungsi sebagai wadah perjuangan hak-hak buruh, tetapi juga sebagai mitra strategis pemerintah dalam memastikan transisi menuju era baru berlangsung adil dan inklusif.

“Saya melihat peran serikat pekerja sangat penting untuk mengawal dua isu ini. Semangatnya adalah bagaimana kita bisa menyambut era AI dan transisi energi dengan cara yang adil, inklusif, dan tidak meninggalkan siapa pun,” tutur Yassierli.

Dalam konteks perubahan global yang cepat, Menaker mengingatkan bahwa Indonesia memiliki tiga DNA sosial utama yang menjadi kekuatan khas bangsa, yakni gotong royong, kekeluargaan, dan musyawarah mufakat. Nilai-nilai tersebut, katanya, merupakan modal sosial yang harus dijaga dan dihidupkan kembali di dunia kerja.

“Saya percaya Indonesia memiliki modal sosial yang luar biasa. Gotong royong, kekeluargaan, dan musyawarah mufakat adalah DNA bangsa kita yang seharusnya memberi energi untuk kemajuan,” ujarnya.

Namun, Yassierli menyesalkan bahwa semangat kebersamaan tersebut mulai memudar di lingkungan industri modern. Padahal, dalam sejarahnya, budaya gotong royong telah menjadi fondasi utama yang memungkinkan masyarakat Indonesia menghadapi berbagai krisis dengan solidaritas dan kebersamaan.

Karena itu, ia mengajak seluruh elemen serikat pekerja dan pelaku usaha untuk kembali menumbuhkan nilai-nilai kolektif itu, agar dunia kerja Indonesia tidak hanya kompetitif secara teknologi, tetapi juga kuat secara moral dan sosial.

Selain itu, Yassierli menekankan pentingnya transformasi hubungan industrial berbasis visi bersama antara manajemen perusahaan dan serikat pekerja. Hubungan kerja yang harmonis dan saling menghormati, menurutnya, akan memperkuat ekosistem ketenagakerjaan nasional.

“Kita perlu mendorong perusahaan agar tidak hanya berorientasi ke dalam (inward looking), tetapi juga ke luar (outward looking) untuk mewujudkan cita-cita bersama, yaitu perusahaan maju, masyarakat sekitar tumbuh, dan pelaku usaha di berbagai tingkatan ikut berkembang,” ujar Yassierli.

Dengan semangat kolaborasi dan nilai gotong royong, pemerintah berharap pekerja Indonesia mampu menjadi pelaku utama, bukan penonton, dalam era transformasi industri global. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Nasional