Netanyahu Siapkan Langkah Kuasai Jalur Gaza Sepenuhnya

Netanyahu Siapkan Langkah Kuasai Jalur Gaza Sepenuhnya

YERUSALEM – Pemerintah Israel kembali menjadi sorotan setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggelar rapat keamanan terbatas bersama para pejabat senior militer dan pertahanan, guna mengevaluasi arah baru operasi militer yang telah berlangsung hampir dua tahun di Jalur Gaza.

Diskusi selama tiga jam tersebut, menurut pernyataan resmi Kantor Perdana Menteri Israel, bertujuan untuk membahas sejumlah skenario strategis lanjutan, termasuk opsi paling kontroversial pengambilalihan penuh atas wilayah Gaza oleh militer Israel.

Langkah ini akan menjadi perubahan signifikan dalam kebijakan Israel sejak penarikan pasukan dan pemukim dari Gaza pada 2005. Jika diterapkan, maka Israel akan kembali memegang kendali langsung atas seluruh wilayah tersebut, termasuk perbatasan, wilayah udara, serta infrastruktur penting seperti listrik dan air.

Kepala Staf Militer Israel Eyal Zamir memaparkan sejumlah opsi kepada Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Katz, dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dalam pertemuan tersebut. Rencana akhir akan diajukan dalam sidang kabinet pada Kamis malam (07/08/2025), waktu setempat.

Dikutip dari Saluran 12 Israel, Netanyahu secara pribadi mendukung opsi pendudukan ulang, meski belum jelas apakah tujuannya bersifat jangka panjang atau sekadar operasi militer terbatas untuk menghancurkan kekuatan Hamas dan membebaskan para sandera.

“Masih penting untuk menuntaskan kekalahan musuh di Gaza, membebaskan sandera kami, dan memastikan Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel,” kata Netanyahu saat menemui para rekrutan baru di pangkalan militer.

Di sisi lain, reaksi komunitas internasional semakin tajam. Tekanan untuk segera menghentikan konflik meningkat, terutama setelah Hamas merilis video terbaru yang menampilkan kondisi mengenaskan salah satu sandera, Evyatar David, yang terlihat kurus dan lemah di dalam terowongan bawah tanah. Video ini memicu kecaman luas, baik dari publik Israel maupun dunia internasional.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan posisi negaranya belum dapat memberikan dukungan penuh terhadap langkah Netanyahu.

“Kami sekarang mencoba memberi makan orang-orang. Selebihnya, saya tidak bisa mengatakannya. Itu akan sangat bergantung pada Israel,” ujarnya kepada wartawan.

Kebuntuan dalam perundingan gencatan senjata dan tindakan sepihak di medan tempur membuat konflik berkepanjangan ini terus memunculkan risiko kemanusiaan yang serius, terutama bagi warga sipil Gaza yang terjebak di antara kepentingan geopolitik dan militer dua pihak.

Netanyahu kini menghadapi tekanan tidak hanya dari komunitas internasional, tetapi juga dari dalam negeri, terkait keputusan-keputusan strategis yang akan diambilnya dalam beberapa hari ke depan. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional