Netanyahu Tetap ke New York Meski Diancam Ditangkap

Netanyahu Tetap ke New York Meski Diancam Ditangkap

Bagikan:

TEL AVIV – Ketegangan diplomatik kembali mengemuka setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memastikan rencananya untuk berkunjung ke New York tidak berubah, meski Wali Kota terpilih, Zohran Mamdani, pernah menyatakan siap memerintahkan penangkapan terhadap dirinya. Mamdani, yang selama ini dikenal vokal mengenai isu Palestina, menegaskan bahwa langkah itu akan dilakukan mengikuti perintah Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Namun, sinyal keras tersebut tampaknya tidak memengaruhi agenda Netanyahu.

Dalam forum virtual Dealbook yang diselenggarakan The New York Times pada Rabu (o3/12/2025) waktu setempat, Netanyahu menyampaikan komitmennya untuk tetap hadir di kota tersebut.

“Ya, saya akan datang ke New York,” ujarnya tegas ketika ditanya mengenai keputusan bepergiannya di tengah ancaman politik lokal.

Netanyahu bahkan menyinggung kemungkinan dialog dengan Mamdani, namun dengan syarat tertentu.

“Jika dia berubah pikiran dan mengatakan bahwa kami punya hak untuk ada, itu bisa menjadi awal yang baik untuk sebuah percakapan,” kata dia, mengutip AFP. Pernyataan itu menunjukkan adanya jurang pandangan antara keduanya sekaligus menggambarkan situasi politik Amerika Serikat yang kian dinamis terkait konflik internasional.

Di sisi lain, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump tengah menghadapi kritik atas kebijakan imigrasi terbaru. Pemerintah menyatakan menghentikan sementara seluruh proses aplikasi imigrasi, termasuk Green Card dan kewarganegaraan AS, dari 19 negara non-Eropa. Langkah ini kembali menyoroti kebijakan restriktif Trump terhadap migrasi, yang dinilai semakin membatasi akses imigran dari negara-negara tertentu.

Menurut laporan Reuters, kebijakan penangguhan tersebut disebut terkait dengan insiden penyerangan terhadap anggota Garda Nasional AS di Washington pekan lalu. Dalam kejadian itu, seorang pria asal Afghanistan ditetapkan sebagai tersangka, sehingga kebijakan baru disebut sebagai tindakan pencegahan. Negara-negara yang terdampak termasuk Afghanistan dan Somalia, serta sejumlah negara lain yang sebelumnya telah berada dalam daftar pembatasan sejak pertengahan tahun.

Sementara itu, ketegangan global juga terasa di Eropa. Presiden Rusia Vladimir Putin kembali mengirimkan pesan keras kepada negara-negara Barat dengan menyatakan bahwa Moskow siap berperang. Pernyataan tersebut memicu reaksi cepat dari negara-negara anggota NATO. Para menteri luar negeri NATO yang berkumpul di Brussels sepakat memperkuat dukungan terhadap Ukraina, termasuk dengan memastikan pembelian senjata Amerika Serikat bernilai jutaan dolar untuk menghadapi ancaman Rusia.

Pertemuan para menteri itu juga membahas upaya Washington membuka negosiasi baru dengan Moskow untuk mengakhiri perang Ukraina. Namun proses tersebut dilaporkan kembali menemui jalan buntu, memperlihatkan bahwa perpecahan geopolitik dunia masih jauh dari penyelesaian.

Rangkaian perkembangan dalam 24 jam terakhir menunjukkan betapa dinamika politik global bergerak cepat dari ancaman penangkapan pemimpin negara, kebijakan imigrasi ketat di Amerika Serikat, hingga eskalasi militer di Eropa yang kembali memicu kekhawatiran internasional. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional