Operasi Keamanan Suriah Tewaskan Pimpinan Sel ISIS

Operasi Keamanan Suriah Tewaskan Pimpinan Sel ISIS

Bagikan:

DAMASKUS – Pemerintah Suriah mengklaim berhasil memukul jaringan terorisme yang berafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melalui sebuah operasi keamanan di wilayah barat laut negara tersebut. Operasi yang berlangsung pada Selasa (16/12/2025) itu dilaporkan menewaskan seorang pemimpin sel ISIS sekaligus menangkap delapan anggota lainnya yang diduga terlibat dalam sejumlah serangan terhadap aparat keamanan.

Langkah ini dinilai sebagai bagian dari upaya pemerintah baru Suriah untuk menekan aktivitas kelompok ekstremis yang masih aktif meski ISIS telah kehilangan kekuasaan teritorialnya sejak 2019. Kementerian Dalam Negeri Suriah menyatakan bahwa operasi tersebut dilakukan setelah aparat melakukan penyelidikan intensif terhadap serangkaian serangan yang menargetkan patroli keamanan dan militer.

“Pasukan keamanan menangkap sebuah sel teroris yang berafiliasi dengan Daesh (ISIS) yang melakukan serangan terhadap patroli keamanan dan militer di provinsi Idlib dan Aleppo,” bunyi pernyataan Kementerian Dalam Negeri Suriah, dikutip dari AFP, Rabu (17/12/2025).

Dalam pernyataan yang sama, kementerian menyebutkan bahwa pemimpin sel tersebut telah dilumpuhkan dalam operasi, sementara delapan anggotanya berhasil diamankan untuk kepentingan penyelidikan lanjutan. Aparat mengklaim, pengungkapan ini membuka tabir sejumlah aksi kekerasan yang selama ini meresahkan wilayah barat laut Suriah.

“Selama penyelidikan, mereka yang ditangkap mengakui tanggung jawab mereka atas tiga serangan teroris, termasuk menargetkan patroli keamanan jalan di Maaret al-Numan,” sambungnya.

Pengumuman ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan keamanan setelah ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan penembakan pada Minggu (14/12/2025) di provinsi Idlib. Serangan tersebut menewaskan empat anggota pasukan keamanan Suriah. Insiden itu terjadi hanya sehari setelah kelompok yang sama melancarkan serangan terhadap patroli gabungan di Palmyra, Suriah tengah, yang menewaskan dua tentara Amerika Serikat dan seorang penerjemah sipil.

Washington dan Damaskus sama-sama menyalahkan ISIS atas serangan mematikan tersebut. Menyusul insiden di Palmyra, Presiden Suriah Ahmed al Sharaa menyampaikan belasungkawa kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam pernyataan resmi kepresidenan, Sharaa menyatakan solidaritas Suriah kepada keluarga para korban.

Wilayah Idlib selama ini dikenal sebagai kawasan yang kompleks dari sisi keamanan. Selain menjadi basis kelompok pemberontak, daerah tersebut juga menjadi tempat beroperasinya berbagai kelompok ekstremis, termasuk milisi asing. Koalisi pimpinan Amerika Serikat kerap melancarkan serangan udara di wilayah ini dengan sasaran tokoh-tokoh penting ISIS.

Pemerintah baru Suriah sebelumnya telah mengumumkan serangkaian operasi keamanan untuk memburu jaringan ISIS, termasuk operasi gabungan yang diluncurkan pada Minggu lalu guna membongkar apa yang disebut sebagai “sel-sel tidur”. Langkah tersebut diambil setelah serangan Palmyra mengguncang stabilitas keamanan nasional.

Meski ISIS telah kalah secara teritorial, para analis menilai kelompok ini masih memiliki kemampuan melakukan serangan sporadis, terutama di wilayah gurun Suriah. Pemerintah Suriah kini menghadapi tantangan besar untuk menstabilkan kondisi dalam negeri setelah perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun, sembari memastikan kelompok ekstremis tidak kembali memperluas pengaruhnya. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional