JAKARTA – Upaya peningkatan kesiapsiagaan pertahanan kembali menjadi perhatian utama TNI. Hal itu tampak saat Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto meninjau langsung latihan terjun malam Kelompok Depan Operasi Lintas Udara (KDOL) yang digelar di Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Latihan ini menjadi bagian dari rangkaian Latihan Komando Gabungan (Kogab) TNI, sebuah agenda strategis yang bertujuan memastikan setiap matra mampu bergerak cepat dalam situasi darurat maupun skenario operasi militer.
Kegiatan yang berlangsung di Bandara Depati Amir pada Selasa (18/11/2025) tersebut melibatkan prajurit Denmatra 1 dan Brigif Para Raider 18. Karena dilakukan pada malam hari, latihan ini menuntut tingkat presisi tinggi, mulai dari pemilihan titik terjun hingga penguasaan Drop Zone (DZ). Kemampuan itu hanya dimiliki prajurit yang telah melalui seleksi ketat.
Dalam sesi peninjauan itu, Panglima melihat secara langsung bagaimana unsur KDOL melaksanakan tugas-tugas awal, seperti memastikan keamanan lokasi pendaratan, melakukan clearance medan, memantau arah angin dan cuaca, hingga menyiapkan tanda visual sebagai panduan penerjunan personel utama. Latihan tersebut sekaligus menguji integrasi antara kemampuan personel dan kesiapan alutsista TNI dalam melaksanakan Operasi Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Kapuspen TNI menyampaikan bahwa seluruh rangkaian latihan berjalan sesuai prosedur dan tidak ditemukan kendala signifikan.
“Alhamdulillah kita sudah melaksanakan latihan di malam hari ini, yaitu KDOL. Kita terjunkan unsur-unsur dari Denmatra 1 dan juga Brigif 18. Ada total 23 peterjun, 13 dari Denmatra 1, kemudian 10 dari Brigif 18. Alhamdulillah seluruhnya berjalan lancar,” ujarnya.
Selain menjadi bagian dari latihan gabungan, kegiatan ini juga berkaitan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto mengenai perlunya meningkatkan pengamanan di Bangka Belitung. Daerah tersebut tengah menjadi sorotan karena maraknya aktivitas tambang timah ilegal yang jumlahnya diperkirakan mencapai seribu titik. Masalah itu menimbulkan kerugian besar bagi negara, hingga sekitar 80 persen dari potensi produksi nasional.
Menindaklanjuti instruksi itu, TNI melakukan pengerahan kekuatan darat, laut, dan udara untuk memperketat pengawasan di wilayah tersebut. Latihan KDOL turut mendukung upaya tersebut, karena kemampuan infiltrasi malam hari menjadi salah satu kebutuhan penting dalam misi pemutusan aktivitas ilegal dan pengamanan area vital.
Melalui kegiatan terintegrasi ini, TNI menegaskan bahwa kesiapsiagaan pasukan bukan sekadar rutinitas latihan, tetapi bentuk konkret komitmen negara dalam menjaga kedaulatan serta mengamankan sumber daya strategis dari berbagai ancaman. Bangka Belitung, yang memiliki nilai ekonomis tinggi dari sektor mineral, menjadi salah satu prioritas utama dalam penguatan pengawasan tersebut.
Dengan demikian, latihan terjun malam KDOL tidak hanya menjadi uji kemampuan teknis prajurit, tetapi juga simbol keseriusan TNI memperkuat stabilitas nasional. Sinergi lintas matra diharapkan mampu memastikan bahwa wilayah strategis Indonesia tetap terlindungi dan aman. []
Diyan Febriana Citra.

