GAZA – Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat setelah serangan udara Israel pada Rabu (03/12/2025) malam menewaskan lima warga sipil di wilayah selatan, termasuk dua anak-anak. Insiden tersebut terjadi di tengah suasana yang sudah memanas akibat baku tembak antara pasukan Israel dan para pejuang Palestina di Rafah.
Serangan Israel kali ini menyasar area tenda di kamp pengungsi Al Mawasi, Khan Younis. Ledakan yang terjadi bukan hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga memicu kebakaran di sejumlah tenda. Warga yang berada di lokasi berusaha mengevakuasi para korban di tengah kepanikan dan minimnya fasilitas penyelamatan.
Militer Israel mengklaim bahwa serangan itu diarahkan kepada seorang pejabat senior Hamas yang disebut berada di wilayah Rafah. Namun, serangan tersebut justru kembali menambah daftar panjang korban sipil yang berada jauh dari lokasi pertempuran langsung. Serangan dilaksanakan tak lama setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji akan memberi respons atas baku tembak yang menyebabkan lima tentaranya terluka.
Sementara itu, laporan dari militer Israel menyebutkan bahwa bentrokan terjadi ketika para pejuang Palestina muncul dari terowongan bawah tanah. Informasi terbaru yang disampaikan media Israel mengungkapkan bahwa sekitar 200 pejuang Hamas terjebak di jaringan terowongan di Rafah. Hingga kini, pemerintah Israel belum memberikan tanggapan terhadap tuntutan Hamas maupun permintaan para mediator agar para pejuang tersebut diberi jalur aman untuk keluar dari wilayah yang dikuasai militer Israel.
Dalam pernyataannya, Hamas mengecam keras serangan Israel tersebut. Kelompok itu menyebutnya sebagai tindakan yang melanggar hukum internasional serta bentuk pelanggaran terbuka terhadap perjanjian gencatan senjata. Hamas menegaskan bahwa Israel harus menanggung seluruh konsekuensi dari eskalasi terbaru ini. Mereka juga meminta para mediator internasional untuk menekan Israel agar menghentikan tindakannya dan kembali taat pada kesepakatan yang telah berlaku sejak 10 Oktober 2025.
Hamas kembali menegaskan bahwa mereka telah mematuhi seluruh poin gencatan senjata dan menekankan bahwa kehilangan komunikasi dengan para pejuang yang terjebak di Rafah bukan bukti pelanggaran, melainkan akibat intensitas operasi militer Israel di wilayah tersebut.
Sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023, serangan Israel ke Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 70.000 warga tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak. Selain itu, hampir 171.000 orang mengalami luka-luka akibat rangkaian serangan yang berlangsung lebih dari dua tahun.
Tak hanya itu, laporan terbaru mencatat bahwa selama masa gencatan senjata yang berlaku sejak 10 Oktober 2025, masih terdapat 360 warga Gaza yang turut menjadi korban serangan Israel. Hal ini menunjukkan bahwa eskalasi tetap terjadi meskipun gencatan senjata dinyatakan aktif secara formal. []
Diyan Febriana Citra.

