Pemerintah Antisipasi Gejolak Harga Pangan untuk Program MBG

Pemerintah Antisipasi Gejolak Harga Pangan untuk Program MBG

Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah terus memperkuat langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas harga pangan, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan bahan baku bagi program makan bergizi gratis (MBG). Program nasional yang menyasar anak sekolah itu kini memasuki fase yang menuntut ketersediaan pasokan dalam jumlah jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik Sudaryati, mengungkapkan bahwa sejumlah indikasi kenaikan harga pada komoditas pangan mulai terlihat di pasar.

Menurut Nanik, komoditas ayam dan telur menjadi dua bahan pangan yang menunjukkan tekanan harga paling awal. Kondisi ini dipantau serius oleh pemerintah, mengingat kedua bahan tersebut merupakan komponen utama dalam menu harian program MBG. Menyikapi situasi itu, Presiden Prabowo Subianto memberikan instruksi agar komposisi menu dapat disesuaikan dengan dinamika pasar, terutama menjelang masa-masa yang secara historis meningkatkan konsumsi masyarakat.

“Presiden pesan, kalau menjelang Nataru dan Lebaran, telur untuk anak-anak bisa dikurangi dan diganti daging sapi atau telur puyuh,” ujar Nanik di Istana Kepresidenan, Kamis 20 November 2025. Arahan tersebut menjadi pedoman bagi BGN untuk menjaga program tetap berjalan tanpa menekan harga kebutuhan pokok di tingkat konsumen.

Nanik menjelaskan bahwa skala kebutuhan bahan baku MBG sangat besar sehingga pemerintah harus memastikan produksi nasional tetap stabil. Bila tidak diantisipasi sejak dini, permintaan tinggi dari MBG justru dapat memberi tekanan tambahan pada harga pangan di pasar. Karena itu, koordinasi lintas kementerian dan lembaga terus diperkuat, termasuk untuk mengamankan bahan baku seperti susu yang belakangan dilaporkan kian sulit dipenuhi.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah menyiapkan pengembangan peternakan sapi perah berskala besar yang ditargetkan mampu menghasilkan hingga tiga juta liter susu per hari. Kapasitas itu diharapkan cukup untuk mengakomodasi kebutuhan MBG sekaligus memenuhi konsumsi nasional. “Segera akan dibuat peternakan sapi yang memenuhi kebutuhan MBG dan masyarakat,” jelas Nanik.

Tidak hanya mengandalkan susu sapi, pemerintah turut menyiapkan alternatif berupa peningkatan produksi susu kedelai. Pada sisi lain, kebutuhan sayur-mayur untuk MBG akan dipenuhi melalui pembukaan lahan baru yang sedang dikonsolidasikan bersama Kementerian ATR/BPN. Sementara itu, kedelai menjadi perhatian khusus karena perannya yang sangat besar dalam produksi tahu dan tempe, dua protein nabati yang banyak digunakan dalam menu MBG.

Nanik mencontohkan satu satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) membutuhkan 200–300 kilogram tahu atau tempe setiap hari. Tanpa produksi kedelai dalam negeri yang mencukupi, kebutuhan sebesar itu sulit dipenuhi secara berkelanjutan. “Kalau kita tidak tanam kedelai sendiri, ya akan kekurangan,” tegasnya.

Ia menekankan bahwa seluruh rencana pemerintah bukan sekadar wacana. Kementerian Pertanian disebut telah bergerak melalui berbagai program peningkatan produksi, termasuk menggandeng Agrinas dalam pengembangan komoditas pangan strategis.

“Jangan sampai terjadi gejolak harga di masyarakat. Terkait hal itu, semua harus bersatu padu mendukung MBG menyiapkan bahan baku,” pungkas Nanik. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Nasional