Pentagon Desak Produksi Rudal Ditingkatkan Hadapi China

Pentagon Desak Produksi Rudal Ditingkatkan Hadapi China

WASHINGTON – Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), atau kini disebut Department of War, dikabarkan tengah mendorong para kontraktor pertahanan untuk meningkatkan produksi berbagai jenis rudal strategis. Langkah ini mencerminkan kekhawatiran Washington terhadap kemungkinan eskalasi konflik dengan China, terutama terkait isu Taiwan.

Menurut laporan Daily Mail pada Rabu (01/10/2025), para pejabat militer meminta produsen senjata menggandakan hingga melipatgandakan stok persenjataan, di antaranya rudal Patriot, rudal anti-kapal, serta bom presisi.

“Pemerintahan Donald Trump berulang kali memperingatkan bahwa AS bisa segera menghadapi konflik dengan China, terutama terkait meningkatnya ketegangan ekonomi dan ancaman invasi Beijing ke Taiwan,” tulis Daily Mail.

Sejak awal, Pentagon sudah menyuarakan kekhawatiran soal berkurangnya cadangan rudal akibat komitmen jangka panjang AS dalam mendukung Ukraina. Kondisi itu diperparah oleh meningkatnya kebutuhan penguatan pertahanan di kawasan Indo-Pasifik.

Laporan Wall Street Journal menyebutkan Wakil Menteri Pertahanan, Steve Feinberg, meminta perusahaan besar pertahanan untuk berinvestasi besar dalam produksi rudal, meski belum ada kontrak resmi yang mengikat. Pesanan potensial itu mencakup rudal pencegat THAAD, rudal SM-6, rudal Precision Strike, hingga rudal Patriot PAC-3.

Beberapa senjata menjadi prioritas utama. Rudal THAAD, misalnya, dirancang untuk menghancurkan rudal balistik jarak jauh sebelum mencapai sasaran. Sementara SM-6 digunakan Angkatan Laut untuk serangan multi-fungsi, mulai dari menghantam kapal hingga menahan serangan udara musuh. Di sisi lain, Precision Strike Missile (PrSM) dimanfaatkan Angkatan Darat untuk menargetkan sasaran bernilai tinggi sejauh 500 kilometer.

Tak kalah penting, Pentagon juga menyoroti LRASM (Long Range Anti-Ship Missile), rudal siluman yang mampu menyerang armada laut musuh lebih dari 320 kilometer, serta JASSM (Joint Air-to-Surface Standoff Missile), rudal jelajah dengan daya jangkau 1.600 kilometer yang dapat menghancurkan infrastruktur vital.

Pemerintahan Trump sebelumnya mengesahkan undang-undang Big, Beautiful Bill yang mengalokasikan dana sekitar 25 miliar dolar AS dalam lima tahun untuk belanja amunisi. Namun, biaya tambahan untuk mempercepat produksi rudal diperkirakan jauh lebih besar hanya dalam dua tahun ke depan.

Meski Pentagon terlihat serius, sejumlah analis menilai langkah ini masih dalam tahap wacana. “Perusahaan tidak membangun rudal begitu saja. Harus ada kontrak dan dukungan dana dari pemerintah, bukan sekadar kata-kata,” ujar Tom Karako, pakar amunisi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS).

Walau demikian, perusahaan besar seperti Lockheed Martin dan Raytheon disebut mulai memperluas lini produksi serta menambah jumlah pekerja. Hal ini menandakan kesiapan industri pertahanan AS bila pesanan massal dari Pentagon benar-benar diwujudkan. []

Diyan Febriana Citra.

Internasional