JAKARTA – Pernyataan keras disampaikan oleh sejumlah tokoh terkemuka Rusia menyusul serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Salah satu suara paling vokal datang dari filsuf politik Rusia, Alexander Dugin, yang dikenal sebagai sahabat dekat Presiden Vladimir Putin. Ia menyatakan bahwa dunia saat ini telah memasuki tahap awal dari apa yang disebutnya sebagai Perang Dunia Ketiga (PD III).
Dikutip dari RT, Senin (23/6/2025), Dugin menilai bahwa serangan Amerika terhadap Iran, yang merupakan sekutu utama Moskow di Timur Tengah, menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan yang mampu menghentikan aksi sepihak Washington. “Kita sudah berada di tengah-tengahnya. AS telah melakukan serangan bom terhadap Iran, sekutu kita. Tidak ada yang menghentikan mereka,” ujarnya.
Menurutnya, setelah Iran, bukan tidak mungkin Rusia menjadi target berikutnya. Ia mengingatkan bahwa AS dapat mencari dalih untuk menyerang Rusia, sebagaimana mereka menjustifikasi serangan terhadap Iran. “Jika tidak ada yang menghentikan mereka untuk mengebom Iran, maka tidak ada yang akan menghentikan mereka untuk menargetkan kita selanjutnya,” tegas Dugin.
Lebih jauh, ia menyebut bahwa Israel, sekutu utama AS di Timur Tengah, bertindak sebagai proksi Barat, serupa dengan posisi Ukraina dalam konflik dengan Rusia. Ia membandingkan serangan Israel ke Gaza dan keterlibatan Kyiv di Donbass sebagai bukti pola kebijakan agresif blok Barat terhadap musuh-musuh geopolitiknya.
“Trump berpikir dirinya bisa menyerang Iran sekali lalu mundur. Tapi tidak ada yang bisa ditarik kembali,” ujarnya. Ia menilai bahwa Presiden AS Donald Trump telah memicu konflik global yang tidak bisa dikendalikan, apalagi dimenangkan.
Dugin juga menyoroti pentingnya peran Iran saat ini dalam menghadapi tekanan Barat. “Sekarang semuanya bergantung pada Iran. Jika tetap bertahan dan terus melawan, Iran mungkin menang. Selat Hormuz ditutup. Houthi telah memblokir lalu lintas di Laut Merah. Tapi jika Iran menyerah, maka bukan hanya Iran yang hancur, tapi kita semua juga akan terpapar. Termasuk Rusia, yang kini menghadapi pilihan eksistensial,” katanya.
Sebelumnya, Presiden Trump mengumumkan bahwa militer AS telah melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Dalam pernyataannya di platform Truth Social, Trump menulis, “Semua pesawat dalam perjalanan pulang dengan selamat. Selamat kepada prajurit Amerika kita yang hebat. Tidak ada militer lain di dunia yang dapat melakukan ini. SEKARANG WAKTUNYA UNTUK PERDAMAIAN!”
Namun, langkah militer ini justru dinilai sebagai bentuk eskalasi serius. Tindakan itu menempatkan AS dalam konfrontasi bersenjata langsung dengan Iran, di tengah ketegangan yang sudah tinggi akibat keterlibatan Israel dalam menyerang instalasi nuklir dan militer Teheran.
Sikap Trump tersebut juga dinilai kontradiktif dengan janjinya untuk tidak melibatkan kembali militer AS dalam konflik Timur Tengah selama masa jabatan keduanya. Sebelumnya, pada periode pertama, Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran 2015, yang diteken bersama negara-negara besar dunia di era Presiden Barack Obama.
Israel, yang secara konsisten menentang program nuklir Iran, kembali menyuarakan ancaman untuk terus menggempur infrastruktur nuklir Teheran. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahkan menyatakan bahwa pihaknya tidak akan berhenti sebelum Iran benar-benar kehilangan kemampuan teknologi nuklir.[]
Putri Aulia Maharani