Pertemuan Modi dan Putin di China, Hubungan Kian Erat

Pertemuan Modi dan Putin di China, Hubungan Kian Erat

TIANJIN – Perdana Menteri India, Narendra Modi, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, kembali memperlihatkan eratnya hubungan kedua negara dalam pertemuan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Tianjin, Tiongkok, Senin (1/9). Agenda ini berlangsung ketika hubungan India dengan Amerika Serikat (AS) tengah meruncing akibat kebijakan tarif baru yang diberlakukan Washington terhadap New Delhi.

Dalam pembukaan pertemuan bilateral, Modi menegaskan bahwa hubungan India-Rusia merupakan “kemitraan istimewa dan istimewa”. Sementara itu, Putin menyapa Modi dengan sebutan “sahabat karib”, sembari menekankan bahwa kedekatan kedua negara telah terjalin sejak lama. “Rusia dan India telah menjalin hubungan istimewa selama puluhan tahun, bersifat bersahabat dan saling percaya. Fondasi inilah yang akan memperkuat perkembangan hubungan kita di masa mendatang,” ujar Putin dikutip dari AP.

Keduanya membahas isu stabilitas kawasan, perdagangan, hingga kerja sama energi. India saat ini menjadi salah satu pembeli utama minyak mentah Rusia. Putin bahkan mengumumkan rencana kunjungan resmi ke India pada Desember mendatang untuk menghadiri KTT tahunan India-Rusia ke-23.

Sebelum pertemuan resmi, Modi dan Putin sempat berbincang empat mata di dalam mobil Aurus buatan Rusia selama hampir satu jam. Keakraban itu berlanjut ketika sesi foto bersama pemimpin SCO. Modi terlihat menggenggam tangan Putin dengan erat sambil tertawa, yang kemudian disambut senyum hangat dari Putin dan tatapan ramah Presiden Tiongkok, Xi Jinping.

Pertemuan keduanya berlangsung beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif tambahan 25 persen terhadap produk India, sehingga total tarif melonjak hingga 50 persen. Washington menuding langkah India membeli minyak murah dari Rusia turut menopang pendapatan Moskow untuk mendanai perang di Ukraina. Namun, New Delhi menegaskan impor minyak dari Rusia adalah kebutuhan strategis demi mencukupi konsumsi energi 1,4 miliar penduduk India.

Sejumlah analis menilai kebijakan tarif AS justru memperkuat orientasi India untuk mendekat ke Rusia dan Tiongkok. “Kebijakan Trump mendorong India untuk bekerja lebih erat dengan Rusia dan China, sebagai respons terhadap kebijakan ekonomi sepihak dari Washington,” ujar Harsh Pant, Wakil Presiden Bidang Kebijakan Luar Negeri di Observer Research Foundation, New Delhi.

Data resmi India mencatat nilai perdagangan dengan Rusia mencapai rekor USD68,7 miliar pada tahun fiskal 2024–2025. Dari jumlah itu, sekitar USD64 miliar berupa impor, sebagian besar minyak mentah, sementara USD5 miliar sisanya ekspor. Kedua negara menargetkan nilai perdagangan mencapai USD100 miliar pada 2030.

Sreeram Sundar Chaulia, pengamat hubungan internasional dari Jindal School of International Affairs, menilai pertemuan tersebut menjadi sinyal kuat bahwa India tetap berpegang pada prinsip otonomi strategis. “India ingin menunjukkan bahwa mereka dapat memperkuat kemitraan tradisional dengan Rusia tanpa mengorbankan hubungan dengan Amerika Serikat,” ucapnya. Ia menambahkan, New Delhi berharap ketegangan dagang dengan Washington hanya bersifat sementara. “India ingin tetap menikmati kerja sama strategis dengan Rusia sekaligus menjaga kemitraan penting dengan AS sebagai bagian dari strategi multi-alignment,” kata Chaulia.

Breaking News Internasional