Pertemuan Tertutup Trump–al-Sharaa, Babak Baru Hubungan Suriah–AS

Pertemuan Tertutup Trump–al-Sharaa, Babak Baru Hubungan Suriah–AS

Bagikan:

WASHINGTO – Untuk pertama kalinya dalam sejarah hubungan kedua negara, Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa melakukan kunjungan resmi ke Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), Senin (10/11/2025). Pertemuan dengan Presiden Donald Trump ini menandai perubahan besar dalam arah diplomasi Suriah setelah bertahun-tahun diisolasi dunia internasional.

“Presiden Suriah sudah tiba di Gedung Putih, pertemuan dengan Presiden Trump tengah berlangsung,” kata Gedung Putih dalam pernyataannya. Pertemuan ini digelar secara tertutup tanpa liputan media, berbeda dari pertemuan bilateral AS dengan negara-negara lain.

Langkah ini menjadi simbol penting, mengingat al-Sharaa merupakan Presiden Suriah pertama yang mendapat sambutan resmi di Gedung Putih. Pertemuan tersebut menandai babak baru hubungan Washington–Damaskus, yang sebelumnya memburuk akibat perang sipil dan keterlibatan kelompok ekstremis di Suriah.

Sosok Ahmad al-Sharaa menarik perhatian publik internasional. Sebelum menjabat sebagai presiden, ia pernah memimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), organisasi yang dahulu masuk dalam daftar teroris global versi Kementerian Luar Negeri AS pada 2014. Nama al-Sharaa baru dihapus dari daftar tersebut pada 2025, hanya dua hari sebelum kunjungannya ke AS.

Pada Sabtu (08/11/2025), Washington resmi mencabut status teroris terhadap al-Sharaa. Keputusan itu diambil setelah Trump menyampaikan apresiasi atas peran al-Sharaa dalam menstabilkan situasi di Suriah.

“(al-Sharaa) telah melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Mereka (Suriah) ada di kawasan yang keras, dan dia itu orang kuat. Tapi, saya bisa bekerja sama dengannya, banyak progres yang ia sudah buat untuk Suriah,” ujar Trump dalam pernyataannya pekan lalu.

Langkah itu sekaligus menegaskan perubahan strategi AS di Timur Tengah yang kini memilih pendekatan kolaboratif ketimbang konfrontatif.

Sejak menggulingkan rezim Bashar al-Assad, al-Sharaa berupaya menampilkan wajah baru Suriah yang lebih moderat dan terbuka. Ia menunjuk sejumlah figur lintas agama dan latar belakang politik ke kabinetnya. Pada Maret 2025, misalnya, ia mengangkat Hind Kabawat, tokoh Kristen, menjadi Menteri Sosial dan Tenaga Kerja.

Selain itu, Mohammed Yosr Bernieh dipercaya menjabat Menteri Keuangan, sementara dua pejabat lama dari rezim Assad—Murhaf Abu Qasra dan Asaad al-Shibani kembali mengisi posisi Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan.

Dalam upaya memperkuat posisi negaranya, al-Sharaa juga menandatangani perjanjian kerja sama militer dengan AS untuk menumpas sisa-sisa ISIS di kawasan. Ia bahkan menyetujui pembangunan markas militer AS di dekat Damaskus.

“Untuk mengkoordinasikan bantuan kemanusiaan, dan mengobservasi perkembangan antara Suriah dan Israel,” kata seorang diplomat Suriah kepada AFP.

Sebagai imbalan, Washington berjanji akan memberikan bantuan dana guna membangun kembali infrastruktur Suriah yang rusak akibat perang berkepanjangan. Setibanya di Washington, al-Sharaa juga menggelar pertemuan dengan Direktur IMF Kristalina Georgieva untuk membahas potensi dukungan keuangan bagi rekonstruksi negaranya.

Kunjungan bersejarah ini menandai perubahan besar dalam dinamika politik internasional. Dari sosok yang pernah dianggap musuh, Ahmad al-Sharaa kini menjadi jembatan baru hubungan diplomatik antara Suriah dan Amerika Serikat. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional