JAKARTA – Aksi cepat Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Jakarta Selatan kembali menggagalkan potensi tawuran yang bisa berujung ricuh. Empat pemuda berhasil diamankan setelah kedapatan membawa senjata tajam di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kober, Kemang Village, Sabtu (16/08/2025) dini hari.
Kasat Samapta Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Setia Prawira, menuturkan bahwa kejadian bermula saat patroli mendapati sekelompok pemuda sedang berkumpul mencurigakan sekitar pukul 03.45 WIB. “Ketika didekati, para pemuda tersebut langsung berlarian dan bersembunyi di antara makam,” ujar Setia dalam keterangannya.
Petugas yang tidak ingin kecolongan kemudian melakukan penyisiran di area pemakaman. Dari hasil pencarian, empat pemuda berinisial MD (16), SIBS (20), RN (20), dan FZR (24) berhasil ditangkap. Penemuan mereka semakin menguatkan dugaan adanya rencana tawuran, lantaran petugas mendapati tujuh bilah senjata tajam serta dua botol minuman keras.
“Barang bukti itu kami amankan bersama para pemuda yang sudah dibawa ke Polsek Kebayoran Baru untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ungkap Setia.
Penangkapan tersebut dinilai sebagai langkah antisipasi penting, mengingat aksi tawuran kerap menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi. Apalagi, lokasi kejadian berada di area padat penduduk yang rawan menimbulkan keresahan warga.
Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly, memberikan apresiasi terhadap kesigapan anggotanya yang berhasil mencegah potensi bentrokan. “Ini bukti keseriusan kami dalam menjaga keamanan warga. Kami akan terus meningkatkan patroli untuk meminimalisir tindakan anarkis seperti tawuran,” ujarnya.
Nicolas juga menekankan bahwa keberhasilan ini menunjukkan efektivitas patroli rutin yang digencarkan jajaran kepolisian di wilayah Jakarta Selatan. Menurutnya, kehadiran polisi di lapangan menjadi kunci pencegahan, bukan hanya penindakan setelah kejadian.
Meski demikian, aparat kepolisian menegaskan bahwa upaya mencegah tawuran tidak bisa hanya mengandalkan patroli semata. Peran masyarakat, terutama keluarga, juga sangat penting agar anak-anak muda tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Sosiolog perkotaan menilai kasus semacam ini kembali membuka mata publik bahwa tawuran bukan sekadar soal kriminalitas, tetapi juga problem sosial yang kompleks. Minimnya ruang ekspresi, lemahnya kontrol keluarga, serta pengaruh lingkungan diduga menjadi pemicu utama.
Polisi mendalami dari kelompok mana mereka berasal serta kemungkinan keterkaitan dengan jaringan tawuran yang lebih besar.
Langkah cepat aparat diharapkan tidak hanya menghentikan aksi tawuran kali ini, tetapi juga memberi efek jera bagi kelompok lain yang masih mencoba mengulang perilaku serupa. Dengan begitu, keamanan masyarakat dapat lebih terjamin dan warga bisa beraktivitas tanpa rasa khawatir. []
Diyan Febriana Citra.