WASHINGTON — Upaya pengkhianatan terhadap negara kembali mencuat di tengah isu geopolitik yang memanas. Seorang prajurit aktif Angkatan Darat Amerika Serikat didakwa setelah diduga mencoba membocorkan informasi militer rahasia mengenai sistem persenjataan utama kepada pemerintah asing.
Prajurit bernama Taylor Adam Lee (22), yang bertugas di Fort Bliss, Texas, ditangkap oleh otoritas federal pada Rabu (06/08/2025). Ia dituduh mencoba mentransfer data sensitif mengenai M1A2 Abrams tank tempur utama Amerika Serikat kepada seseorang yang diyakininya sebagai agen intelijen Rusia.
Pihak Departemen Kehakiman AS menyatakan bahwa tindakan Lee menimbulkan kekhawatiran serius atas potensi kebocoran informasi strategis yang dapat membahayakan keamanan nasional.
“Taylor Lee diduga berupaya memberikan informasi militer rahasia mengenai kerentanan tank tempur AS kepada seseorang yang ia yakini sebagai perwira intelijen Rusia, dengan imbalan kewarganegaraan Rusia,” ungkap Roman Rozhavsky, Asisten Direktur Divisi Kontraintelijen FBI.
Dalam pernyataan resminya, Rozhavsky juga menegaskan bahwa penangkapan ini menjadi pengingat tegas kepada seluruh aparat negara yang memiliki akses terhadap informasi rahasia untuk tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan.
“Penangkapan hari ini adalah pesan bagi siapa pun yang berpikir untuk mengkhianati Amerika Serikat terutama mereka yang telah bersumpah untuk melindungi tanah air kita,” tambahnya, Rabu (06/08/2025).
Berdasarkan dokumen penyelidikan, aksi Lee terungkap setelah ia dilacak dalam rangkaian komunikasi yang mencurigakan dengan pihak yang diidentifikasi sebagai intelijen asing. Dalam pertemuan yang dilangsungkan pada bulan Juli, Lee diketahui menyerahkan sebuah kartu memori SD berisi dokumen dan data teknis terkait sistem dan kelemahan operasional tank M1A2 Abrams. Ia percaya bahwa informasi tersebut akan diterima langsung oleh perwakilan Kementerian Pertahanan Rusia.
Atas tindakannya tersebut, Taylor Adam Lee kini menghadapi dakwaan atas upaya menyampaikan informasi pertahanan nasional kepada entitas musuh. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman berat, termasuk kemungkinan penjara seumur hidup.
Kasus ini mengungkap dimensi baru dari tantangan keamanan nasional: bukan hanya soal ancaman dari luar, tetapi juga dari personel militer sendiri yang mungkin terjerumus pada tindakan pengkhianatan. Kementerian Pertahanan AS belum memberikan pernyataan resmi terkait status Lee di militer, namun investigasi internal disebut tengah berlangsung.
Kebocoran data militer menjadi salah satu ancaman laten yang kini dihadapi negara-negara besar, terutama dalam konteks persaingan strategis global. Insiden ini pun menjadi peringatan bagi seluruh institusi militer untuk meningkatkan pengawasan terhadap akses informasi strategis di kalangan personel aktif. []
Diyan Febriana Citra.