JAKARTA – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali melanjutkan rangkaian pertemuan strategis dengan otoritas sektor keuangan. Pada Rabu (22/10/2025), ia menerima kunjungan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, Jakarta. Pertemuan tersebut berlangsung sekitar pukul 10.30 WIB dan turut dihadiri oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menandakan pembahasan akan berfokus pada stabilitas sistem keuangan dan perbankan nasional.
Setibanya di lokasi, Mahendra enggan membeberkan agenda pembahasan secara detail. “Saya bahas dulu baru dikasih tahu ya,” ujarnya singkat di lobi Gedung Djuanda. Jawaban diplomatis itu memperlihatkan bahwa diskusi antara kedua lembaga keuangan strategis ini menyangkut isu penting dan sensitif yang memerlukan kesepahaman teknis sebelum diumumkan ke publik.
Sementara itu, Menkeu Purbaya menegaskan bahwa hasil pertemuan dengan OJK akan disampaikan setelah pembahasan selesai. “Biasa yang kemarin, nanti setelah diskusi sama OJK saya umumin,” kata Purbaya. Ia menambahkan, pertemuan kali ini merupakan bagian dari upaya memperkuat koordinasi kebijakan antara Kementerian Keuangan dan OJK dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global yang masih fluktuatif.
Diskusi tersebut diyakini sebagai kelanjutan dari kunjungan Purbaya ke Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan di BEI, pemerintah dan otoritas pasar modal membahas arah pengembangan pasar keuangan domestik serta upaya mendorong pembiayaan ekonomi dari sektor swasta.
Kehadiran Mahendra Siregar dan Dian Ediana Rae memperkuat sinyal bahwa isu utama yang dibahas kali ini menyentuh pengawasan perbankan, penyaluran kredit, serta pengelolaan likuiditas perbankan nasional. Isu lain yang tak kalah penting adalah terkait dana pemerintah senilai Rp200 triliun yang ditempatkan di perbankan, yang sebelumnya menjadi sorotan publik.
Koordinasi antara Kemenkeu dan OJK menjadi penting untuk memastikan bahwa penempatan dana tersebut benar-benar mampu mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Diskusi diharapkan juga membahas bagaimana kebijakan fiskal dan sektor keuangan dapat berjalan selaras menghadapi tekanan global, termasuk gejolak pasar dan ketidakpastian ekonomi dunia.
Sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan menjadi pilar utama dalam menjaga daya tahan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, hasil pembahasan Purbaya dan Mahendra dinilai krusial, terutama dalam merumuskan langkah-langkah lanjutan untuk memperkuat perbankan dan memperluas akses pembiayaan produktif bagi masyarakat dan pelaku usaha.
Pertemuan ini semakin menegaskan pentingnya koordinasi lintas lembaga untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional di tengah tantangan global yang terus berkembang. Publik pun menanti hasil konkret dari pertemuan kedua pejabat tinggi tersebut. []
Diyan Febriana Citra.

