SEOUL – Kebakaran yang melanda markas National Information Resources Service (NIRS) di Kota Daejeon, Korea Selatan, pada Jumat (26/09/2025) malam, menimbulkan guncangan serius terhadap sistem layanan digital pemerintah. Insiden yang dipicu ledakan pada baterai lithium uninterruptible power supply (UPS) itu tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tetapi juga mengganggu ratusan layanan publik berbasis daring.
Api pertama kali terdeteksi sekitar pukul 20.20 waktu setempat ketika UPS dipindahkan ke ruang bawah tanah. UPS berfungsi menjaga pasokan listrik tetap stabil pada infrastruktur teknologi informasi. Dalam hitungan menit, api menjalar hingga memicu alarm kebakaran. Lebih dari 100 petugas pemadam dengan 31 kendaraan dikerahkan. Namun, proses pemadaman berlangsung rumit karena penggunaan air berpotensi merusak data vital negara. Petugas akhirnya menggunakan sistem berbasis karbon dioksida untuk menekan kobaran api.
Kebakaran baru dapat dipadamkan pada Sabtu pagi (27/09/2025), hampir 10 jam setelah insiden pertama dilaporkan. Akibatnya, 647 dari total 1.600 sistem layanan publik yang dikelola NIRS lumpuh. Layanan yang terdampak antara lain sistem identifikasi digital, layanan perbankan pos, pengiriman, hingga platform pengaduan masyarakat. Sementara itu, pusat data lain di Gwangju dan Daegu tetap beroperasi normal.
Wakil Menteri Dalam Negeri Korea Selatan, Kim Min-jae, menuturkan bahwa dampak kebakaran merusak sistem pendingin dan pengatur kelembapan. Kondisi itu berisiko menyebabkan server mengalami panas berlebih. “Untuk melindungi sistem informasi, kami mengambil langkah pencegahan dengan menangguhkan operasional sementara,” ujarnya dalam konferensi pers darurat di Kompleks Pemerintah Seoul.
Pemerintah pun mengambil sejumlah langkah mitigasi, termasuk memperpanjang tenggat pembayaran pajak serta pengajuan dokumen, agar warga tidak dirugikan akibat layanan yang berhenti. Warga juga diarahkan menggunakan situs alternatif atau langsung mendatangi kantor layanan offline bila diperlukan. Pada Sabtu pagi, pemerintah mengeluarkan pemberitahuan darurat untuk memberi tahu masyarakat soal keterbatasan akses.
Perdana Menteri Korea Selatan, Kim Min-seok, menyampaikan permintaan maaf atas terganggunya layanan publik. “Saya dengan tulus meminta maaf atas gangguan layanan ini. Pemerintah akan bekerja keras untuk memulihkan sistem secepat mungkin,” katanya sebagaimana dilansir Korea Times.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, satu orang dilaporkan terluka akibat kebakaran ini. Insiden tersebut menjadi peringatan keras bagi Korsel mengenai pentingnya keamanan pusat data dan kesiapan sistem cadangan. Sebagai negara yang sangat mengandalkan layanan digital, Korea Selatan kini dihadapkan pada tantangan besar untuk memperkuat perlindungan infrastruktur teknologinya agar tidak mudah lumpuh akibat kejadian serupa. []
Diyan Febriana Citra.