MOSKOW – Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan bahwa negaranya tidak memerlukan penggunaan senjata nuklir untuk memenangkan konflik bersenjata dengan Ukraina. Ia meyakinkan bahwa Rusia memiliki kekuatan militer dan strategi yang cukup untuk mengakhiri perang sesuai dengan kepentingan nasional mereka.
“Kami memiliki kekuatan dan sarana yang cukup untuk membawa apa yang dimulai pada 2022 menuju sebuah akhir yang logis, sesuai dengan tujuan Rusia,” ujar Putin dalam sebuah wawancara yang disiarkan stasiun televisi pemerintah Rusia, seperti dikutip dari Politico, Minggu (4/5/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah kebuntuan diplomasi internasional dalam menghentikan invasi yang telah berlangsung sejak Februari 2022, dan kini memasuki tahun ketiga. Putin menegaskan bahwa penggunaan senjata nuklir tidak termasuk dalam opsi militer Rusia untuk saat ini.
“Tidak ada kebutuhan untuk menggunakan senjata itu (nuklir), dan saya berharap kita memang tidak perlu menggunakannya,” ucapnya ketika menanggapi pertanyaan mengenai serangan militer Ukraina ke wilayah Rusia.
Meski demikian, pada November tahun lalu, Putin menandatangani revisi doktrin nuklir nasional. Revisi tersebut memperluas kondisi yang memungkinkan penggunaan senjata nuklir, termasuk sebagai tanggapan atas serangan konvensional berskala besar yang dianggap mengancam eksistensi negara.
Di sisi lain, pada Senin (28/4/2025) lalu, Presiden Putin mengumumkan rencana gencatan senjata sementara selama tiga hari, yang dijadwalkan dimulai pada 8 Mei 2025. Gencatan senjata ini dimaksudkan sebagai penghormatan atas peringatan Hari Kemenangan, sebuah momentum bersejarah yang menandai akhir Perang Dunia II dari sudut pandang Rusia.
Merespons inisiatif tersebut, Ukraina melalui Menteri Luar Negeri Andrii Sybiha mengajukan usulan agar jeda kemanusiaan berlangsung minimal 30 hari. Hingga saat ini, pemerintah Rusia belum memberikan tanggapan atas permintaan tersebut.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengkritik pengumuman gencatan senjata sepihak itu. Ia menilai langkah tersebut hanya sebagai upaya simbolik yang bersifat teatrikal, serta ditujukan untuk mengurangi tekanan publik menjelang perayaan nasional di Rusia.[]
Putri Aulia Maharani