Ranjau di Perbatasan, Prajurit Thailand Kehilangan Kaki

Ranjau di Perbatasan, Prajurit Thailand Kehilangan Kaki

BANGKOK – Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali meningkat, memunculkan kekhawatiran akan rapuhnya perdamaian di kawasan perbatasan kedua negara. Insiden terbaru terjadi pada Selasa (12/08/2025), ketika seorang prajurit Thailand terluka parah akibat ledakan ranjau di wilayah sengketa.

Ledakan yang terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat di dekat Kuil Prasat Ta Muen Thom, Provinsi Surin, menyebabkan sang prajurit kehilangan kaki saat melakukan patroli. Militer Thailand menuding Kamboja menanam ranjau baru secara diam-diam, tindakan yang disebut melanggar kesepakatan gencatan senjata.

“Pihak Kamboja terus secara diam-diam menanam ranjau sebagai ancaman yang berkelanjutan,” ujar Juru Bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand, Winthai Suvaree, dalam pernyataan tertulis. Ia menegaskan bahwa insiden berulang ini menunjukkan niat buruk Kamboja dan bertentangan dengan perjanjian gencatan senjata.

Hubungan kedua negara memang tegang sejak bentrokan lima hari pada bulan lalu yang melibatkan pasukan darat, artileri, dan jet tempur. Pertempuran tersebut menewaskan sedikitnya 43 orang dan memaksa lebih dari 300.000 warga mengungsi. Perselisihan perbatasan ini sendiri telah berlangsung lebih dari satu abad, dipicu klaim wilayah di sekitar kuil kuno yang memiliki nilai sejarah dan strategis.

Namun, Kamboja melalui Otoritas Penanggulangan Ranjau dan Bantuan Korban membantah tuduhan tersebut. Mereka menegaskan bahwa ranjau yang masih ada di lokasi merupakan peninggalan konflik bersenjata puluhan tahun lalu. “Kami tidak menanam ranjau baru,” tegas pihak Kamboja, sembari menyebut tuduhan Thailand sebagai tidak berdasar.

Ledakan pada Selasa ini terjadi hanya beberapa hari setelah insiden serupa di Provinsi Sisaket, Thailand, pada Sabtu sebelumnya, yang melukai tiga prajurit. Rangkaian kejadian ini memperburuk suasana pasca-perjanjian damai yang baru berlaku pada 29 Juli 2025.

Meski saling tuding, pekan lalu Thailand dan Kamboja sepakat memperpanjang masa berlaku gencatan senjata. Perjanjian ini difasilitasi oleh Perdana Menteri Malaysia, mediator dari China, serta Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kesepakatan tersebut dipandang sebagai peluang penting untuk menurunkan ketegangan, meski berbagai pelanggaran di lapangan membuat implementasinya diragukan.

Pengamat keamanan regional menilai, konflik perbatasan Thailand–Kamboja berpotensi memicu instabilitas yang lebih luas jika tidak segera dikelola. Situasi ini bukan hanya berdampak pada hubungan bilateral, tetapi juga berimplikasi terhadap perdagangan lintas batas, keamanan warga sipil, dan reputasi kedua negara di mata internasional.

Dengan sejarah panjang konflik, ditambah peristiwa terkini, tantangan terbesar bagi kedua pihak adalah membangun kepercayaan yang nyaris hilang. Selama kedua belah pihak masih saling menuduh, gencatan senjata akan tetap rapuh, dan setiap insiden kecil dapat memicu eskalasi baru di kawasan perbatasan. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional